Liburan Membawa Petaka - ZonaMerah18

Breaking

Agen Poker Aman

Click Here

Senin, 29 Juni 2020

Liburan Membawa Petaka

Nama saya Nia, saya adalah seorang karyawati di salah satu perusahaan swasta di Jakarta, usia saya 27 tahun, teman teman saya bilang saya cantik, memang kulit saya putih dengan tubuh yang sintal dan buah dada yang lumayan besar, rambut lurus panjang sebahu dan saya mempunyai darah Jerman, tapi saya tidak peduli dengan kecantikan yang saya punyai, karena saya lahir dari keluarga yang sangat menjunjung tinggi nilai nilai agama, makanya sampai saat ini saya belum pernah sekalipun berhubungan badan dengan siapapun, termasuk dengan pacar saya sendiri, saya mempunyai 2 orang sahabat yang sangat setia.Yang pertama, Diah, dia yang paling muda di antara kita, umurnya baru 20 tahun, asalnya dari manado. Perangainya agak tomboy, dia cantik walaupun kulitnya agak sedikit gelap tapi dia mempunyai tubuh yang lumayan sexy.

Sahabatku yang ke dua, Nindi, Manado tulen juga, umurnya sekitar 22 tahun, dia yang paling cantik di antara kita bertiga, kulitnya putih dan bersih wajahnya imut dan kekanak kanakan. Tapi dia sangat benci kalau dianggap masih anak anak, makanya dia memotong rambutnya sampai sebatas leher, supaya wajahnya terlihat lebih dewasa, tapi, dengan rambut pendeknya itu, leher jenjangnya malah terlihat dengan jelas, menurutku dia lebih terlihat menarik dengan rambut panjangnya. Tubuhnya sangat sexy dengan tinggi sekitar 168 dan berat 55 kg, tangannya putih mulus dan di tumbuhi dengan bulu bulu halus, kakinya panjang dan jenjang, apalagi jika dia sedang mengenakan pakaian yang minim dan rok pendek, dia selalu membuat banyak cowok melirik dengan penuh nafsu ke arahnya, walaupun payudaranya agak sedikit kecil, tapi dia memang yang paling cantik di antara kita bertiga.

Singkat cerita kami bertiga berencana berlibur ke luar kota untuk melepas stress di kota karena selalu berkutat dengan kesibukan kami masing-masing, kami berencana untuk menikmati suasana pantai di Anyer, dengan pertimbangan kami tidak perlu repot-repot menyewa villa di anyer, karena Nindi mempunyai villa di sana dan kebetulan Tantenya juga akan berlibur ke sana bersama dengan saudara suaminya.

Berangkatlah kami pada hari yang telah kami tetapkan bersama dengan menggunakan mobilku, tiga jam kami menempuh perjalanan Jakarta-Anyer, setelah lelah di perjalanan akhirnya sampailah kami di villa milik Nindi yang Nindi sendiri hampir lupa tempatnya, rupanya Tante Eva, Tantenya Nindi bersama saudaranya sudah menunggu kedatangan kami.Tante Eva saat itu sedang menggunakan pakaian santai, dengan atasan kaos oblong di padu dengan rok pantai yang belahannya sampai sebatas paha. Kulit Tante Eva sangat putih dan mulus sama seperti Aku dan Nindi, hanya saja postur tubuh Tante Eva lebih tinggi, wajahnya sangat cantik, hampir menyamai kecantikan yang di miliki Nindi.

"Hai, maaf telat habis tadi sempat nyasar" jawabku sekenanya menyambung pembicaraan mereka.

Setelah ngobrol cukup lama, kami pun mulai membuat acara untuk liburan kami di anyer ini, saya kebagian jatah belanja bahan bahan makanan bersama dengan saudaranya Nindi.

Namanya Mirna, usianya sama dengan Nindi, bertubuh sintal dan padat, tapi menurutku lebih cocok kalau di katakan montok. Kulitnya kuning langsat dan wajahnya manis dengan rambut lurus sebatas bahu, sekilas aku melirik ke arah dadanya, payudaranya terhitung besar untuk seusia dia mungkin sekitar 36 b, sedikit lebih besar dari buah dadaku.

Setelah berbagi tugas dan berganti pakaian aku dan Mirna berangkat ke pasar terdekat untuk belanja barang-barang yang diperlukan dan semuanya harus lengkap karena saya tidak mau bolak balik ke pasar hanya karena ada barang yang kelupaan di beli. Saat itu saya hanya mengenakan pakaian santai berupa rok biru sebatas paha dan kaos blong tipis, Mirna malah tampil lebih berani dengan hanya memakai rok tipis pendek dengan kaos oblong merah. Dia terlihat sangat cantik dengan pakaian seperti itu.

Waktu sudah menunjukan pukul lima saat tiba-tiba mobil yang ku kemudikan oleng dan hampir menabrak pembatas jalan, untungnya aku sigap menginjak pedal rem dan dengan perlahan kupinggirkan mobilku ke tepi jalan.

"Kenapa Kak" seru Mirna agak panik.

Aku bergegas turun dari mobil, ternyata ban depan sebelah kiri kukempes, aku sempat panik karena aku bingung bagaimana caranya mengganti ban itu dengan hanya mengandalkan tenaga dua orang perempuan. Pada saat itu tiba-tiba muncul dua orang laki-laki, menawarkan bantuan untuk mengganti ban mobilku. Aku tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran dua orang itu karena hari sudah menjelang sore. Selesai ban mobilku di ganti oleh mereka aku mengucapkan terima kasih seraya berjalan ke arah pintu depan mobilku untuk mengambil uang sebagai tanda terima kasih, saat tiba-tiba aku merasakan ada tangan kasar yang memeluk tubuhku dan membekap mulutku, aku kaget dan berusaha berontak tapi kurasakan tubuhku tiba-tiba lemas dan mataku berkunang kunang. Akhirnya aku tak sadarkan diri.

Aku kaget bukan kepalang saat aku siuman dengan mata yang masih berkunang kunang kulihat puting buah dadaku sebelah kiri sedang di isap dengan buas oleh salah satu orang yang menolongku tadi sementara buah dadaku yang sebelah kanan pun tak luput dari remasan tangannya. Posisiku terlentang dengan kedua tangan di ikat di ujung sebuah ranjang, kaos oblong tipisku entah di mana, bra ku sudah melorot sebatas perut saat orang itu menyingkapkan rok pendekku dan berusaha menarik celana dalamku.

"Jangan!!.. Lepaskan.. Jahanam kamu.!!. Lepaskan.." teriakku sambil meronta dan menangis sejadi jadinya.

"Diam kamu, gua cuma mau mencicipi kamu aja.. jangan cerewet.. kalau tidak gua bunuh loe…" bentak orang itu sambil tetap berusaha menarik lepas celana dalamku.

Brett.. Celana dalamku berhasil direnggutnya dengan paksa. Kini kewanitaanku yang selama ini selalu kurawat sudah terbuka lebar. Aku merasakan tangan pemuda itu menjamah kewanitaanku yang berbulu cukup lebat itu dengan penuh nafsu. Kemudian orang itu membuka kedua kakiku yang putih mulus dan jenjang yang aku katupkan sebagai pertahanan terakhir dan mulai mengarahkan batang penisnya ke lubang kemaluanku.

"Jangan pak.. Saya mohon, saya masih perawan.. Tolong lepaskan saya.." teriaku putus asa.

"Aahh?Ohhh?Agk? Jangann.. Sakitt.. Lepaskan.. Jahanamm!" Aku berteriak panik sambil kulejang-lejangkan kakiku, tapi itu malah membuat penisnya semakin menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku yang belum pernah di sentuh oleh laki-laki manapun.

Dreet.. Dreet kurasakan selaput daraku robek saat orang itu menyodokkan kemaluannya hingga amblas seluruhnya.

"Sakitt.. Lepaskan" desahku sambil kulempar kepalaku ke kiri dan ke kanan menahan sakit dan perih yang tak terkira yang melanda sekujur tubuhku.

"Sakitt.. Tolong.. Hentikann.." jeritku meratap, tapi orang itu sepertinya tidak peduli dengan jeritan dan tangisanku.

Dia tetap memperkosaku, memompa vaginaku dengan ganas sambil tangannya memegangi tanganku dan mulutnya tak henti hentinya menjilati buah dadaku saat tiba-tiba dia berhenti dan melenguh keras, aku sadar dia akan orgasme di dalam liang vaginaku.

"Jangan.. Jangan.. Di dalam!!" teriakku panik.

Dia memelukku sekuat-kuatnya saat kurasakan cairan spermanya memenuhi liang rahimku. Hari itu aku diperkosa. Hilanglah sudah kegadisanku yang selama ini selalu kujaga. Saat itu aku merasa sangat marah, malu dan terhina."Ah.." aku mendesah pelan saat pemerkosaku itu mencabut penisnya dan pergi meninggalkanku begitu saja, aku mencoba bangkit dan berdiri walaupun rasa sakit dan ngilu masih terasa di sekitar selangkanganku, aku lihat bercak putih bercampur merah darah perawanku di sekitar kemaluanku.

Aku mencoba bangkit walaupun rasa sakit masih mendera seluruh badanku setelah barusan diperkosa dan dengan terhuyung huyung berjalan menuju pintu yang rupanya tidak terkunci, aku mencoba mengintip ke arah luar dan rupanya kedua orang itu sedang sibuk menggarap Mirna.

"Gila, cewek yang tadi masih perawan lho, sempit banget vaginanya, yang ini gimana?" tanya orang yang tadi memperkosaku.

"Masih perawan juga, nih darah perawannya" jawab orang yang itu sambil mencabut batang penisnya dari kemaluan Mirna lalu mencelupkan jarinya dan menunjukkan jarinya yang berbercak darah.

"Tapi cewek ini belum sadar dari pingsannya nih" sahut orang tersebut.

"Sudah pompa aja terus, ntar juga sadar” kata dia.

Sambil tangannya menggerayangi payudara Mirna yang besar dan padat. Kulihat Mirna diperkosa dengan posisi terlentang, pakaiannya masih lengkap hanya celana dalamnya saja yang menjuntai di kaki kirinya, kaosnya tersingkap ke atas dan branya di tarik ke atas hingga payudaranya mencuat dari bawah branya. Tubuhnya terguncang guncang, karena orang itu memompanya dengan sangat kasar. Tiba-tiba Mirna melenguh pelan dan membuka matanya, mungkin dia sudah mulai sadar dari pingsannya dan pasti dia akan sangat kaget karena saat ini dia sedang diperkosa, tapi aku juga tidak mampu menolongnya, aku hanya menontonnya saja dari balik pintu tanpa bisa berbuat apa apa.

"Ohh.. Ssakitt.. Jangann.. Lepaskan saya." rintih Mirna sambil berusaha berontak dari dekapan orang tersebut.

Tapi terlambat kegadisannya sudah melayang.Tiba-tiba kulihat orang itu mendengus keras dan mempercepat pompaanya di vagina Mirna. Orang tersebut mencengkeram tubuh Mirna dengan keras dan menusukan batang penisnya dalam dalam ke lubang vagina Mirna.

"Saakkitt.." Mirna menjerit keras saat orang itu memuntahkan seluruh cairan spermanya ke dalam liang vagina Mirna, kulihat cairan putih kental bercampur darah berlelehan di selangkangan Mirna saat orang itu mencabut batang penisnya.

Sore itu kedua orang tersebut memperkosa kami secara bergantian, sampai aku dan Mirna kembali pingsan karena tidak tahan di gagahi oleh kedua orang itu secara terus menerus. Saat aku siuman rupanya aku sudah berada di jok belakang mobilku sendiri dengan kedua tangan terikat ke belakang, tapi untungnya aku sudah memakai pakaianku kembali, entah siapa yang mengenakannya di tubuhku, kulihat ke samping Mirna masih pingsan dengan tangan juga terikat kebelakang.

"Mau dibawa ke mana kami" tanyaku memberanikan diri.

"Mau ke villa elu, mau perkosa teman lu, tadi gua denger suaranya di HP lu, dari suaranya kayaknya teman lu lumayan juga" jawab orang itu tertawa.

Aku langsung bergidik mendengar jawabannya, rupanya mereka tahu alamat villa kami yang memang kuletakkan di atas dasbor mobilku. Waktu sudah menjelang tengah malam saat kami tiba di depan pintu villa saat Tante Eva menghampiri mobil kami.

"Lu sergap dia ya Ton" kata orang kedua sambil mengeluarkan pistol dan menodongkannya ke arahku.

"Serahin aja sama Anton, Beni lu nanti langsung bekap mulutnya ya" sahut orang yang bernama Anton.

Aku tidak bisa berbuat apa apa selain hanya bisa duduk dan diam. Benar juga saat Tante Eva sampai ke pintu samping mobilku, si Anton langsung keluar dan dengan sigap mendekap tubuh Tante Eva dari belakang, sementara Beni langsung sigap membekap mulut Tante Eva, mungkin karena kaget Tante Eva tidak sempat berteriak. " Urhhgg.. Ss" hanya itu yang keluar dari mulut Tante Eva saat si Beni mendekap dan menelikungnya lalu mendorong Tante Eva ke arah pintu pagar vila kami.

"Jangan macem macem lu, diem di sini kalau nggak gua bunuh lu" ancam si Anton sambil menodongkan pistolnya ke arahku.

Aku hanya bisa mengangguk sambil ketakutan mendengar ancamannya itu, lagipula seluruh tubuhku terasa sangat lemas dan selangkanganku pun masih sangat nyeri dan ngilu akibat perkosaan yang aku alami tadi, sehingga aku tidak mungkin melarikan diri dengan keadaan tubuhku yang demikian, apalagi kedua tanganku pun masih terikat.

Lalu si Anton ke luar dan membantu si Beni menangani Tante Eva, kulihat si Beni mengikat ke dua tangan Tante Eva ke terali pintu pagar villa, sementara si Anton menempelkan lakban di mulut Tante Eva sambil ke dua kakinya berusaha merenggangkan kaki Tante Eva dari belakang.

Saat itu kulihat dari kaca belakang mobilku, Tante Eva masih berusaha keras meronta dan melawan sekuat tenaganya, sampai akhirnya Tante Eva lemas kehabisan tenaga. Bret.. Bret.. si Anton merobek bagian belakang rok pantai Tante Eva sehingga paha dan pantat Tante Eva yang putih mulus terlihat jelas. Lalu si Beni memelorotkan celana dalam Tante Eva sampai sebatas lutut dan mulai memainkan jarinya di kemaluan Tante Eva yang berbulu cukup lebat, sementara si Anton sibuk menciumi leher jenjang Tante Eva sambil tangannya meremas remas buah dada Tante Eva yang menyembul di antara kaos bagian atasnya yang sudah robek besar.

Tiba-tiba tubuh Tante Eva tersentak, kepalanya terdongak ke atas dan mimik mukanya menunjukan kesakitan yang luar biasa, rupanya si Beni sudah mulai mencobloskan batang penisnya ke dalam vagina Tante Eva. Tubuh Tante Eva terguncang hebat saat si Beni mulai memompa penisnya ke luar masuk, bibir kemaluan Tante Beni sampai melesak masuk saat si Beni menghujamkan kemaluannya, amblas ke dalam liang vagina Tante Eva, pasti sangat sakit rasanya, sama seperti rasa sakit yang kurasakan saat aku diperkosa tadi pikirku. Kulihat lelehan air mata di pipi Tante Eva, wajahnya menyiratkan kemarahan yang luar biasa, sepertinya Tante Eva sangat tidak rela menerima kenyataan kalau tubuhnya saat itu sedang di garap oleh orang yang bukan suaminya.

"Hh.. Oughh.." tiba-tiba si Beni mendengus dengan keras.

Sepertinya dia sudah akan berejakulasi di dalam liang vagina Tante Eva.

"Jangann.." jerit Tante Eva lirih, sambil berusaha menarik tubuhnya ke arah depan.

Tapi si Beni malah menarik sisa sisa rok pantai Tante Eva yang masih melingkari pinggulnya ke arah belakang, sehingga membuat pinggul Tante Eva yang putih mulus itu juga ikut tertarik ke belakang, otomatis batang penis si Beni malah makin terbenam di liang vaginanya.

"Tidakk..!!" jerit Tante Eva saat si Beni menyemburkan cairan spermanya ke dalam liang vagina Tante Eva, Tante Eva pasti sangat terhina karena diperlakukan seperti itu oleh si Beni.

Tapi itu belum berakhir karena sedetik kemudian si Anton langsung menghujamkan batang kemaluannya di dalam vagina Tante Eva, yang membuat tubuh Tante Eva kembali terguncang guncang karena diperkosa oleh si Anton, aku kembali panik saat si Beni menghampiriku, membuka pintu mobil dan menarikku keluar, sekilas kulihat Mirna masih tergolek pingsan saat si Beni berusaha mendekapku dengan kasar.

"Jangann.. Jangan perkosa saya lagi, saya sudah tidak kuatt. Lepaskan saya" seruku, saat si Beni menjambak rambutku dan menyeretku memasuki villa.

"Siapa yang mau perkosa lu, sekarang lu tunjukin dimana teman-teman lu yang lain" teriak si Beni, sambil melepaskan tali yang mengikat kedua tanganku.

Aku agak lega mendengarnya sebab paling tidak aku tidak akan diperkosa lagi. Dengan rambut dijambak dan punggungku ditodong pistol, terpaksa aku menuruti kemauannya, dengan selangkangan yang masih ngilu dan sakit, aku berjalan menuju kamar yang ku tahu itu kamar pribadi Nindi, dengan perlahan kubuka pintu kamar itu yang rupanya tidak di kunci oleh Nindi, kamarnya masih terang benderang dan kulihat Nindi sedang tidur di ranjangnya dengan posisi terlentang, kakinya yang jenjang terjuntai ke bawah, rok pendek coklat yang di kenakannya tadi siang masih menempel di tubuhnya dan agak sedikit tersingkap sampai sebatas pangkal paha kirinya, memperlihatkan sebagian kaki dan pahanya yang putih mulus.

Sementara kemeja putih yang di kenakan Nindi juga tersingkap di sedikit di bagian atasnya, karena 2 kancing atasnya terbuka, sehingga buah dada Nindi yang tertutup bra hitam itu tampak sedikit terlihat, mengintip dari balik kemeja putihnya, apalagi dengan posisi tidur Nindi yang terlentang seperti itu, dengan ke dua tangannya yang membuka ke arah samping, semakin membuat payudaranya terlihat membusung ke atas.

Kasihan Nindi, mungkin dia kelelahan karena menunggu aku dan Mirna sehingga dia ketiduran dan lupa berganti pakaian serta mematikan lampu pikirku. Aku menoleh ke belakang dan kulihat si Beni tak berkedip melihat kemolekan tubuh Nindi yang sangat menantang itu, beberapa kali dia menelan ludahnya sendiri. Gawatt..!! sepertinya pemerkosa ini kembali terangsang, pikirku. Kasihan Nindi kalau dia harus mengalami perkosaan seperti yang aku alami, gumanku dalam hati. Dan parahnya lagi Nindi tidak tahu kalau sebentar lagi kejadian yang mengerikan akan menimpa dirinya.. Aku harus berbuat sesuatu..!! pikirku sambil berusaha memberanikan diri.

"Lu harus bantuin gua menyetubuhi teman lu itu kalau nggak awas.." Bisik si Beni pelan tapi dengan nada mengancam.

"Jangann..!!.. Jangan perkosa dia.. Dia masih terlalu kecil.. Lebih baik lu garap aja lagi gua.. Sepuas lu..!!" seruku berusaha menghalangi niatnya, walaupun sebenarnya aku juga tidak rela di setubuhi dan di garap lagi oleh si Beni.

"Elu mau mampus..!!" bentak si Beni sambil mengacungkan pistolnya ke arah kepalaku..

"Kalau lu nggak bantuin gua.. Gua ledakin kepala lu..!!" sambung si Beni dengan nada geram.

Tubuhku lemas saat kurasakan ujung laras pistol si Beni menempel di keningku, akhirnya aku hanya bisa mengangguk lemah dan menuruti semua kemauannya, tanpa bisa melakukan perlawanan.

Lalu si Beni beranjak pelan mendekati Nindi yang masih tertidur dengan lelap, sejenak si Beni memandangi kemolekan dan kemulusan tubuh Nindi yang menantang, menyapukan pandangannya yang penuh nafsu mulai dari wajah Nindi yang cantik, lehernya yang jenjang, buah dadanya, pahanya, sampai ke kaki Nindi yang kecil dan indah. Aku merasa jijik melihat cara si Beni memandangi tubuh Nindi dengan pandangan yang begitu mesum.

Nindi masih belum bangun dari tidurnya saat si Beni berlutut di antara ke dua kaki Nindi, lalu dengan pelan dan lembut si Beni mulai merenggangkan ke dua belah kaki Nindi setelah sebelumnya menyingkapkan bagian depan rok coklat yang di kenakan Nindi ke arah atas, sehingga pahanya yang putih mulus terlihat dengan jelas, si Beni makin melotot saat melihat vagina Nindi yang di tumbuhi bulu bulu halus tampak membayang dari balik celana dalam hitam dan tipis yang menempel di selangkangan Nindi, lalu si Beni mengangkat kaki kanan Nindi dan meletakkanya di atas pundaknya sendiri.

Sekarang posisi kepala si Beni sudah berada di antara kedua paha Nindi, lalu dengan tak sabar si Beni mulai menciumi dan menjilati paha Nindi yang putih mulus itu, sambil tangannya berusaha menyibakkan celana dalam hitam Nindi ke arah pinggir sehingga vagina Nindi yang di tumbuhi bulu bulu halus terlihat dengan jelas, sementara tangan si Beni yang satunya sudah mulai membuka bibir kemaluan Nindi memperlihatkan liang vaginanya yang kemerahan dan perawan, sekarang mulutnya sudah berada di bagian luar bibir vagina Nindi, lidahnya menjilati liang vagina Nindi dengan bernafsunya.

"Aahh.." Nindi mendesah tapi belum sadar dari tidurnya.

Tapi tiba-tiba Nindi tersentak dan langsung tersadar saat si Beni mulai memasukkan jarinya ke dalam vagina Nindi.

"Siiapaa kamu.. Lepaskan saya.. Toloonng..!!" jerit Nindi kaget dan ketakutan sambil mencoba bergeser berusaha menjauhkan tubuhnya dari si pemerkosa, saat itu juga si Beni dengan sigap berdiri dan langsung memeluk tubuh Nindi dengan erat, sambil tangan yang satunya lagi tetap mengerjai vagina Nindi .

"Kamu sini pegangin tangannya..!!" Bentak si Beni kepadaku.

Karena ketakutan kupatuhi saja perintah si Beni, lagipula memang tidak ada kesempatan buat menolong Nindi. Aku duduk di atas ranjang, kuletakkan kepala Nindi di atas pangkuannya dan aku pegang ke dua tangan Nindi dengan kuat.

"Jangan kak Nia.. Tolonng..!!" jerit Nindi putus asa.

Sementara si Beni makin buas menggerayangi tubuh Nindi, sekarang dia menciumi leher jenjang Nindi yang putih mulus, membetot kemeja putih yang di kenakan Nindi dengan kasar sehingga kancingnya lepas semua, lalu si Beni menjilati buah dada Nindi yang masih tertutup bra. Dan tiba-tiba si Beni menarik lepas bra yang di kenakan Nindi sehingga buah dadanya menyembul keluar.

"Toketnya nggak sebesar punya lu, tapi kenceng banget" seru si Beni kepadaku.

Aku hanya diam saja. Tidak tega melihat Nindi diperlakukan seperti itu, sementara si Beni mulai mengulum payudara Nindi dengan buasnya, sementara tangan yang satunya memilin milin putingnya yang kemerahan, sambil lidahnya terus menjilatinya dengan penuh nafsu.

"Jangann.. Ouhh.. Lepasskann.." jerit Nindi dengan suara parau, sambil terus berusaha berontak.Tiba-tiba si Beni berdiri, membuka resleting celananya dan mengeluarkan batang penisnya yang hitam dan besar.

"Sekarang gua jejelin vagina lu dengan ini..!! Dan lu harus tetep pegangin dia.." Bentak si Beni ke arahku.

Karena ketakutan aku malah makin mempererat peganganku ke kedua tangan Nindi yang masih berusaha berontak ingin melepaskan diri.

"Jangann.. Lepaskan saya.." teriak Nindi panik sambil mengatupkan kedua kakinya yang jenjang itu sekuat kuatnya.

Tanpa pikir panjang si Beni langsung berdiri di antara kedua kaki Nindi yang menjuntai ke bawah, memegangnya dan berusaha merenggangkan kedua kaki mulus Nindi yang terus menggeliat.

Akhirnya si Beni berhasil merenggangkan ke dua kaki Nindi dan memposisikan tubuhnya di antara kedua pangkal paha Nindi, sambil sebelah tangannya kembali menyibakkan celana dalam Nindi ke arah pinggir, sekarang selangkangan Nindi terbuka lebar, siap untuk di tembus batang kemaluan si Beni yang besar, dan memang sekarang si Beni sudah menempelkan kemaluannya di bibir vagina Nindi.

"Jangann.. Tolonng.. Jangan di masukinn.. Kak Nia.. Tolong Nindi kak..!!" jerit Nindi histeris sambil berusaha menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan.

Nindi berusaha mengelakan vaginanya dari batang penis si Beni , tapi usahanya sia sia, karena ujung kemaluan si Beni sudah berada di bibir vaginanya dan siap menerobos masuk. Nindi menjerit, menangis dan meronta sejadi jadinya.

"Gila sempit banget nih cewek" guman si Beni sambil terus mendorong batang penisnya dengan perlahan melewati sela-sela celana dalam Nindi.

Seperempat sudah penis si Beni masuk ke dalam vagina Nindi, rontaan Nindi semakin kencang, mulutnya megap megap seperti orang kehabisan nafas, saat si Beni mulai mendorongkan lagi batang penisnya, tapi rontaan Nindi malah makin membenamkan batang penis si Beni ke dalam liang vaginanya yang kering kerontang itu. Tiba-tiba Nindi berhenti meronta, badannya melenting, dadanya terangkat ke atas dan kepalanya mendongak sedangkan mulutnya membentuk huruf O, menahan sakit yang luar biasa, saat batang penis si Beni sudah masuk setengahnya, rupanya batang penis si Beni sudah mengenai selaput dara Nindi.

"Sakitt.. Jangann.. Tolong kak Nia.. Sshh.. Jangan teruskan.." jerit Nindi.

Melihat itu si Beni bukannya menghentikan sodokannya malah langsung menghujamkan batang penisnya sekuat kuatnya, dengan satu kali sodokan, amblaslah seluruh kemaluan si Beni ke dalam liang vagina Nindi, sekaligus menjebol keperawanan Nindi. Dret.. Dret kurasakan getaran terenggutnya keperawanan Jenny saat itu.

"Sakitt.. Keluarkan itu dari sana.. Tolong kak Nia." jerit Nindi kesakitan.

Mendengar jerit tangis Nindi si Beni malah semakin bernafsu dan mulai memompa liang vagina Nindi yang masih sempit itu dengan kasar, sehingga Nindi makin kesakitan, tubuhnya terguncang guncang maju mundur dan buah dadanya ikut bergetar akibat pompaan si Beni yang ganas. Terus terang aku mulai terangsang saat si Beni mulai memompa batang penisnya maju mundur di dalam vagina Nindi yang masih sangat sempit itu, tanpa sadar kulepaskan sebelah tanganku yang memegang tangan Nindi dan mulai memainkan jariku di vaginaku sendiri.

"Sshh.. Buka paha mu.. Biar nggak terlalu sakit" bisikku setengah mendesah sambil kubelai rambutnya.

Nindi tidak menjawab hanya terengah engah sambil melemparkan kepalanya ke kiri dan ke kanan menahan sakit yang luar biasa, sementara si Beni terus menyodokan batang penisnya dan memompa vagina Nindi sambil satu tangannya terus meremas remas buah dada Nindi.
http://pokerkenzo.com
Tiba-tiba si Beni menghentikan pompaannya dan membenamkan batang penisnya dalam dalam ke liang vagina Nindi, lalu tangannya memegang dan mengangkat kedua kaki jenjang Nindi dan memposisikannya di atas pundak kiri kanannya, dengan posisi ini penis si Beni bisa masuk seluruhnya ke dalam kemaluan Nindi, kemudian pantatnya mulai maju mundur lagi di antara selangkangan Nindi sambil sesekali mencabut dan memasukkan kembali batang penisnya sehingga bibir vagina Nindi tampak melesak dan tertarik mengikuti irama pompaan batang penis si Beni yang membuat Nindi makin menjerit jerit kesakitan, tapi jeritan Nindi tampaknya malah membuat si Beni makin bersemangat menggagahi tubuh mulus Nindi, akupun juga semakin cepat mempermainkan jariku di vaginaku sendiri sampai akhirnya aku merasakan seluruh tubuhku menegang.

"Oohh.. Sshh.." aku telah mencapai orgasme.

Tiba-tiba si Beni menyodokan penisnya dengan sangat keras tiga kali berturut turut dan seluruh tubuhnya menegang dengan hebat sambil tangannya mencengkeram buah dada Nindi dengan kuat, rupanya si Beni sudah akan berejakulasi.

"Ahh.. Sakit..!!" Nindi kembali menjerit kesakitan.

"Jangan.. Jangan dikeluarin di dalam.. Nanti dia hamil.." teriakku sambil berusaha menarik tubuh Nindi ke atas.

Berharap supaya batang penis si Beni terlepas dari lubang vagina Nindi dan spermanya tidak sampai masuk ke dalam liang rahimnya, gerakanku yang tiba-tiba itu membuat batang penis si Beni tertarik setengah keluar dari vagina Nindi.

Merasa batang penisnya akan terlepas dari liang vagina Nindi, si Beni buru-buru mencekal rok coklat yang masih melilit di pinggang Nindi dan menariknya ke arah tubuhnya, sehingga pinggul Nindi juga ikut tertarik ke belakang, lalu si Beni kembali menyodokan batang kemaluannya beberapa kali dan menghujamkannya ke dalam liang kemaluan Nindi sehingga kini batang penisnya terbenam seluruhnya di dalam vagina Nindi, tiba-tiba si Beni mengejang beberapa kali dan menyemburkan spermanya ke dalam liang vagina Nindi, lalu menghentakkan pantatnya sekali lagi sehingga seluruh spermanya keluar membanjiri liang rahim Nindi.

"Tidakk..!!" lolongan Nindi memenuhi seluruh ruang kamarnya.Si Beni masih sempat menyodokkan batang penisnya beberapa kali sebelum akhirnya mencabut kemaluannya dari vagina Nindi.

Tampak cairan sperma si Beni berlelehan di antara liang vagina dan selangkangan Nindi, bercampur dengan darah perawan, lalu si Beni beranjak keluar kamar, meninggalkan kami begitu saja sambil tertawa puas.

Sementara Nindi masih terlentang di atas tempat tidurnya dengan pakaian yang terbuka dan acak acakan, matanya menatap kosong ke arah langit langit kamarnya, sepertinya dia sangat syok, tak menyangka kalau kegadisannya telah dibobol oleh orang yang tak di kenal, kemejanya kusut dan berantakan, branya entah terlempar ke mana, rok coklatnya masih tersingkap sebatas perut. Hanya celana dalamnya yang masih menempel di selangkangannya, itupun posisinya agak tersingkap ke samping dengan noda sperma dan darah perawan yang menempel di sekitar celana dalam hitam dan bibir vaginanya. Nindi sepertinya sudah tidak lagi mempedulikan keadaan dirinya, dia hanya bisa menangis sesenggukan menyesali nasibnya yang tragis hari itu.

Aku lalu beranjak turun dari ranjang dan berjalan ke pintu, mencoba melihat, apakah kami bisa melarikan diri dari villa ini, tapi pemandangan di ruang tamu makin membuatku putus asa. Aku lihat Tante Eva dan Mirna di ikat ke dua tangannya dan di dudukan di salah satu sofa yang ada di ruang tamu, sementara si Anton sedang sibuk menggagahi Mirna dengan posisi si Anton duduk dan memangku tubuh Mirna yang sintal sambil kedua tangannya memegang pinggul Mirna dari belakang, tampak batang penis si Anton keluar masuk menerobos vagina Mirna yang saat itu masih menggunakan rok dan kemejanya, hanya saja roknya sudah terangkat sebatas perut dan kemeja bagian atasnya sudah terbuka sehingga salah satu buah dadanya tampak menyembul ke luar dari sela sela branya, tapi tampaknya Mirna sangat menikmati perkosaan tersebut.

Mirna tidak berontak sedikitpun bahkan, malah Mirna yang aktif menaik turunkan pantatnya, mulutnya mendesah desah tak karuan sambil tangannya menjambak dan meremas-remas rambutnya sendiri, tiba-tiba si Anton menggeram dan menurunkan pinggul Mirna sehingga membenamkan seluruh batang kemaluannya di dalam vagina Mirna, sementara Mirna makin giat memutar-mutarkan pantatnya di atas pangkuan si Anton, tampaknya mereka telah mencapai orgasme. Tampak sperma si Anton berlelehan di antara bibir vagina Mirna dan batang penis si Anton yang masih terbenam di kemaluannya.

Malam itu Aku, Mirna , Tante Eva dan si Cantik Nindi kembali diperkosa dan digagahi secara bergiliran oleh mereka. Aku merasakan vaginaku sempat diterobos oleh batang penis si Beni, sementara kulihat Nindi juga sedang di kerjai oleh si Anton dengan posisi menungging tepat di samping si Beni yang sedang menggagahi aku, sampai akhirnya aku pingsan karena kelelahan, entah sudah berapa kali kami diperkosa oleh mereka malam itu.

Esok paginya kami pulang ke Jakarta dengan rasa sakit di seluruh tubuh dan kenangan yang mengerikan yang membuat kami kehilangan dan kehormatan sebagai seorang wanita.. Andai hari itu kami tidak liburan..!!


AgenPokerTerpercaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar