Perampokan Berbuah Kenikmatan - ZonaMerah18

Breaking

Agen Poker Aman

Click Here

Sabtu, 15 Agustus 2020

Perampokan Berbuah Kenikmatan

Kisah ini mungkin biasa bagi sebagian orang, namun untukku kisah ini akan tetap selalu kuingat dan menjadi suatu rahasia. Sebut saja namaku Nadine, dan suamiku bernama Fadly. Kami berdua sama-sama bekerja di bidang perbankan. Kebetulan kami juga satu kantor, aku menjadi teller dan Mas Fadly sebagai manajer kantor cabang di Ibukota.

Siang itu suasana bank agak ramai dengan para nasabah yang sedang mengantri, namun tak lama datang beberapa orang berpakaian serba hitam yang langsung masuk lengkap dengan topeng di wajah. Dan langsung mengeluarkan senjata api dan mulai mengancam semua orang.

"Jangan ada yang bergerak.. semuanya diam, jangan membuat tindakan ceroboh atau kepala kalian akan pecah" teriak seorang lelaki yang sepertinya adalah pimpinannya.

Ini perampokan, pikir mas Fadly. Suasana sempat kacau penuh teriakan dan para nasabah berhamburan, Fadly mengikuti beberapa nasabah yang lari ke lantai dua. Sedangkan aku masih di posisi teller karena terkejut dan tak berani bergerak mendengar ancaman mereka.

Kawanan rampok itu kemudian menyebar, dua orang masuk ke sisi kasir, sedangkan tiga lainnya sibuk mengacungkan senjata ke nasabah. Seorang lainnya mengejar nasabah yang lari ke lantai dua. mas Fadly dan nasabah dilantai dua tak berkutik ditodong senjata, mulut mereka ditempel lakban, sementara para nasabah di lantai dasar juga sudah sepi tak berani bersuara.

Kawanan rampok mengikat para nasabah dengan mulut yang sudah ditempel lakban agar tidak membuat gaduh suasana. Dari balkon lantai dua mas Fadly bisa melihat semua di lantai satu, tapi ia mendadak khawatir karena tidak melihat Nadine istrinya. Seorang perampok menjaga di pintu, satpam yang berjaga di meja dalam juga tidak terlihat, hanya pakaiannya tergeletak di lantai, mungkin ia ditelanjangi rampok.

Dua kawanan rampok naik ke lantai dua untuk memeriksa letak brangkas diantar seorang wanita kasir yang ditodong pistol. Mas Fadly mencoba bergeser ke ujung balkon, ia mencari Nadine istrinya. Fadly pun lega, ternyata Nadine berada di sebuah lorong sempit menuju toilet. Fadly meihatnya terikat menjadi satu dengan seorang lelaki tegap, ia pasti satpam bank, karena hanya mengenakan celana kolor dan kaos dalam.

Tubuh Nadine dan satpam itu terikat menyatu berhadapan dilakban melingkar dibagian pinggang dan dada. Tangan mereka juga diikat lakban ke belakang. Keduanya berbaring dilorong menyamping berhadapan, mulut masing-masing juga tertutup lakban. Dalam suasana tegang itu, Fadly melihat satpam dan Nadine terus berusaha melepas ikatan mereka dengan cara bergerak terus bersamaan untuk melonggarkan lilitan lakban.

Fadly yang melihat istrinya baik-baik saja pun segera memikirkan cara untuk lepas dari situasi tersebut. Dan diapun berpikir bagaimana caranya melepas ikatan di tubuhnya. Kurang dari satu jam para perampok yang dipandu oleh wanita yang tadi naik ke lantai dua berhasil membobol brangkas dan langsung melarikan diri dari bank tersebut dengan kondisi semua orang masih terikat dan tidak bisa bergerak.

Sampai para perampok meninggalkan tempat tersebut, Nadine masih terikat di lorong sempit dengan tubuh berdempetan berhadapan dengan lelaki lain membuat Nadine risih bukan kepalang, apalagi si lelaki hanya mengenakan kaos dalam dan celana kolor. Sekitar tiga menit berbaring berhadapan seperti itu, Nadine melihat lelaki di depannya berhasil membuka lakban di mulutnya setelah beruang keras mendorong lakban itu dengan lidahnya.

"Tenang bu.. saya Ujang satpam di bank ini. Maaf pakaian saya tadi dilucuti rampok. Sepertinya sekarang mereka sudah pergi, ayo kita berusaha lepaskan ikatan ini bersama ya." kata satpam Ujang.

Nadine mengangguk saja dan berharap upaya mereka berhasil. Ujang kemudian melepaskan lakban di mulut Nadine dengan cara menggigit sisi lakban dan menariknya. Nadine sempat terpekik merasakan perih bibirnya tertarik rekatan lakban, tapi kemudian berusaha tenang.

"Terus bagaimana caranya ?"” tanya Nadine menanyakan cara mereka melepaskan ikatan lakban di tubuh.

Terlihat sulit karena masing-masing tangan mereka terikat ke belakang dililit lakban, sementara lakban lainnya melilit rapat menyatukan bagian pinggang, perut mereka berdempetan. Ujang lalu menjelaskan pada Nadine bahwa sifat karet pada lakban dapat digunakan sebagai kesempatan mereka lolos dari ikatan. Caranya dengan terus bergerak agar lakban menjadi molor dan longar elastis.

"Kita masih punya kaki yang bebas bu. Saya akan membalik badan dan ibu harus berusaha berposisi di atas saya. Setelah itu kaki ibu bisa menjejak lantai mendorong ke arah atas tubuh saya mungkin akan berhasil" kata Ujang.

Ia segera mengubah posisi mereka dari yang sebelumnya berbaring miring berhadapan, menjadi saling tindih, Nadine berada di atas. Ini dilakukan Ujang agar Nadine tidak merasa berat jika Ujang yang berada di atas, sebab bobot Ujang yang tinggi besar tentu akan menyusahkan Nadine bila tertindih.

Posisi Nadine sudah di atas tubuh Ujang. Ia menuruti perintah Ujang dan mulai menggerakan badannya ke arah atas tubuh Ujang dengan menjejakkan kaki di lantai. Tapi rok span yang dikenakannya menghalangi usaha Nadine menjejakkan kaki secara maksimal ke lantai, sebab ia harus lebih mengangkangkan kakinya agar bisa melewati kaki Ujang di bawah kakinya.

Nadine terus berupaya dan akhirnya ia bisa mengangkangkan kaki lebih lebar, akibat gesekan tubuh mereka, rok Nadine naik sampai bongkahan pantatnya terlihat. Tapi tak apa, pikir Nadine, demi usahanya melepaskan ikatan di tubuhnya. Lagi pula Ujang tak mungkin melihat pantatnya karena ia berada di bawah Nadine.

"Terus goyang bu.. sudah mulai longgar ikatannya" kata Ujang memberi semangat Nadine.

Entah mengapa kata-kata goyang yang disampaikan Ujang membuat Nadine risih. Ia baru sadar gerakannya berusaha melepas ikatan terkesan menjadi gerakan yang erotis. Ia juga baru sadar kalau sejak tadi payudaranya terus bergesekan dengan dada Ujang, dan gerakan demi gerakan yang menimbulkan gesekan di tubuh keduanya mulai mempengaruhi birahinya.

"Astaga.., bang Ujang. Apa ini..? kok terasa keras.. Tolong bang, abang nggak boleh terangsang." Nadine berbisik balik ke Ujang saat merasakan sesuatu benda mengeras hangat terasa di bawah perutnya. Penis Ujang rupanya ereksi setelah beberapa lama merasakan gesekan tubuh Nadine.

"Oh.. ehh.. maaf bu.. saya sudah berusaha untuk mengabaikan rasanya tapi gesekan-gesekan itu mengalahkan pikiran saya bu. Maaf bu.. tapi saya pikir ini alami bagi lelaki, yang terpenting sekarang kita harus terus berusaha melepas ikatan ini bu." Ujang agak gugup dan malu menyadari Nadine mengetahui penisnya mulai bangun.

"Yaudah.. nggak apa-apa, asal bang Ujang jangan macam-macam ya." kata Nadine.

Nadine sadar tak bisa menyalahkan Ujang, dan lagi benar apa Ujang bahwa itu sangat alami dan Nadine juga merasakan hal yang sama, ada kenikmatan menjalari tubuhnya setiap kali tubuhnya bergesekan, pikirnya. Perampokan bank yang menyebabkan mereka berdua berada dalam posisi terikat seperti itu, dan mereka harus bersama kompak melepaskan ikatan tersebut.

Nadine kembali memusatkan pikirannya pada upaya melepaskan lakban. Ia kembali menggerakan tubuhnya menggesek tubuh Ujang dari atas ke bawah dan sebaliknya dari bawah ke atas, agar ikatan lakban melonggar. Upayanya cukup berhasil, kini jarak gesekan sudah bisa lebih jauh menandakan lakban mulai longgar elastis. Bagian perut Nadine sudah bisa menjangkau perut Ujang bagian atas, Nadine berusaha terus menjejak lantai agar tubuhnya terdorong naik lebih jauh.

"Ehmm bu.. coba lagi ke bawah.. terus dorong lagi ke atas.. sudah mulai longgar lakbannya..,” suara Ujang yang semakin parau.

Tubuh Nadine yang terdorong ke atas membuat penis Ujang kehilangan sentuhan, sebab selangkangan Nadine kini sudah diatas melewati ujung penisnya. Nadine setuju dengan Ujang, mungkin gerakan harus kembali ke bawah lalu kembali lagi ke atas sehingga ikatan lakban makin molor elastis.Tapi gerakan ke bawah yang dilakukan Nadine justru membuat keadaan mereka berdua berubah. Pikiran masing-masing mulai terpecah antara kenikmatan yang mulai dirasakan atau upaya melepas lakban.

"Enghhh..,”" Nadine melenguh kecil. Ia merasakan ujung penis Ujang menyentuh CD yang dipakainya.

Penis Ujang yang sudah sangat tegang terdorong keluar dari balik celananya, lantaran gesekan membuat celananya melorot. Kini, setiap gerakan Nadine membuat koneksi ujung penis Ujang kian terasa mendorong-dorong CD Nadine. Rasa nikmat kekenyalan itu terasa semakin sering di bibir vagina Nadine yang terhalang CD. Nadine terus berupaya memecah pikirannya agar tetap konsentrasi bergerak demi melepas ikatan lakban, tapi semakin bergerak dan semakin gesekan terjadi membuat gairah seksualnya terdongkrak naik. Lama-lama ia merasakan CDnya membasah oleh cairan vaginannya sendiri. Apalagi, dari bawah Ujang juga terus bergerak berusaha melepaskan ikatan lakban ditanganya yang tertindih ke belakang. Hal ini membuat situasi erotis tersendiri yang dirasakan Nadine.

"Enghh.. ahh..," Nadine mendesah dan menghentikan gerakannya.

Ia menyadari kini posisi sudah sangat gawat. Gerakan-gerakannya justru mengantar ujung penis Ujang mengakses bibir vaginanya lewat sisi kiri CD-nya. Nadine merasakan kepala penis Ujang sudah berada tepat di tengah bibir vaginanya yang basah dan sudah tidak terhalang CD yang kini melenceng ke samping.

"Hmm.. bu, kenapa berhenti.. sudah hampir lepas ikatannya nih." kata Ujang terus bergerak berusaha melepas ikatan tangannya.

Tapi ia juga merasakan penisnya sudah menyentuh kulit vagina Nadine secara langsung, karena sisi CD Nadine yang mulai basah tergeser ke samping. Nadine berusaha mengembalikan konsentrasinya, dan berusaha menjejak kaki ke lantai agar tubuhnya naik dan vaginanya menjauh dari penis Ujang. Namun upayanya gagal, kini ikatan lakban seakan mengunci posisi itu, Nadine tak mungkin naik, hanya bisa turun ke bawah beberapa kali lalu naik lagi setelah ikatan melonggar kembali. Nadine mulai putus asa. Ia harus bisa lebih cepat melepaskan ikatan lakban itu sebelum penis Ujang mengakses lebih jauh vaginanya.

Pikiran sadarnya masih berjalan dan menyadari sesaat lagi ia akan disetubuhi Ujang , dalam keadaan terpaksa begitu. Konsentrasi Nadine gagal. Gerakan Ujang dari bawah membuat kepala penisnya mulai masuk membelah bibir vagina Nadine.

"Ough...." suara Ujang tak kuasa menahan desah kenikmatan merasakan kepala penisnya menguak bibir vagina Nadine.

Ia terus bergerak berusaha melepas ikatan ditangannya yang tertindih tubuh, tapi setiap gerakannya membuat kepala penisnya mulai bermain keluar masuk di bibir vagina Nadine. Hal itu memberi sensasi kenikmatan pada Nadine, ia masih berusaha diam diatas tubuh Ujang sampai ada kesempatan menjejak kaki agar vaginanya menjauh dari penis Ujang. Nadine akhirnya berspekulasi, sekali gerakan ke bawah, lalu sekuat tenaga menjejak kaki ke lantai tentu akan membantunya menjauhkan vaginanya dari penis Ujang.

"Enghhsshh.. ahh.., bang jangan gerak duluhh.. ini nggak boleh terjadi bang, saya wanita bersuami dan abang pasti sudah beristri kan..?" kata Nadine.

Wajahnya bersemu merah. Tubuh dan wajah Nadine serta kulitnya yang putih mirip dengan salah satu artis di televisi.

"Iya bu.. saya juga pikir begitu. Tapi bagaimana lagi, posisi kita sulit berubah selama masih terikat.." jawab Ujang. Ia juga menjadi serba salah dengan posisi itu.

"Oke bang.. sekarang gini aja.. saya akan bergerak turun, dan mungkin itu akan terjadi.. anu abang bisa masuk ke anu saya.. tapi itu hanya sekali ya, dan saya akan mendorong ke atas membuatnya lepas lagi. Setelah itu kita konsentrasi lagi untuk melepas lakban sialan ini." kata Nadine dengan nafas berat.

"Iya.. iya. Terserah ibu. Tapi tolong saya jangan dilaporkan ke atasan saya apalagi polisi bu. Kalau penis saya masuk ke vagina ibu.. nanti saya dibilang memperkosa.." jawab Ujang polos ketakutan.

"Hnnggaak bang.. ini kan karena perampok sialan itu, jadi bukan salah saya atau abang.. kita sama-sama berusaha keluar dari masalah ini kok.. sekarang abang diam ya.. saya akan berusaha. Ehmm… enghhmmmpp… ahssstt banngghh… ahhhkksss."” desah Nadine saat mengerakan tubuhnya bergeser ke bawah.

Gerakan itu membuat bibir vaginanya yang sudah menjepit ujung penis Ujang menelan setengah penis itu. Ujang agak hitam kulitnya, tapi wajahnya juga tidak jelek, dan badannya kekar. Penis Ujang dirasakan Nadine lebih besar dan padat dari penis Fadly suaminya. Nadine merasakan sensasi nikmat saat kepala penis Ujang terbenam di vaginanya.

"Ayo bu.. dorong lagi ke atas biar lepas.." kata Ujang yang khawatir karena kini penisnya sudah mulai menyetubuhi Nadine.

"Iya bang.. hmmmpphh aahhss… banghhsss.. emmpphh.. ahssss..."” jawab Nadine berusaha menjejak kaki ke lantai agar tubuhnya terdorong ke atas dan penis itu lepas dari vaginanya.

Tapi keadaan tak berubah, ikatan lakban tetap mengunci bagian pinggang mereka membuat Nadine tak mungkin menaikkan tubuhnya.

"Akhh.. bangghh.. gimana inihh.. akkhh." Nadine kembali diam tak bergerak.

"Oke.. sekarang ibu diam saya biar tidak semakin masuk penis saya. Saya akan berusaha melepas ikatan tangan saya bu.. engghhh..." kata Ujang lalu mengangkat pinggulnya dan pantatnya menjauh dari lantai agar tangannya bisa bergerak bebas, lalu berusaha melepas dua tangannya dari ikatan lakban.

Keringat mulai membasahi tubuh keduanya. Ujang melakukan itu beberapa kali. Pinggul dan pantatnya yang terangkat menjauh dari lantai membuat akses penisnya masuk lebih dalam ke vagina Nadine. Nadine sudah kehilangan konsentrasinya, kini pikirannya hanya merasakan kenikmatan separuh penis Ujang yang keluar masuk perlahan ke vaginanya mengikuti gerakan pinggul Ujang.

"Akhhss bangghhss ouhh.. akhhh.. ahkkk… enghhhmm...."” Nadine semakin mendesah.

Kini pinggul Nadine melayani gerakan Ujang, ia malah berusaha agar penis Ujang terasa lebih dalam di vaginanya. Tangan Ujang sudah terlepas dari ikatan dan kini bebas. Tapi libido yang sudah tinggi membuat Ujang bukannya melepaskan ikatan lakban di pinggang mereka, ia justru membuka kancing-kancing baju Nadine dan meremasi payudaranya .

"Emmphhh… banghhsss emmphhhhsss..." desah Nadine yang semakin hilang kendali diperlakukan seperti itu.

Kini bibirnya menyambut bibir Ujang, mereka berkecupan sangat dalam dan cukup lama. Ujang meloloskan susu Nadine dari Bra-nya dan mulai menghisapi payudara Nadine, lalu kedua tangannya mengarah ke bawah dan menggeser sisi CD Nadine agar penisnya bisa mengakses jauh ke vaginanya. Saat itu penisnya sudah bisa masuk utuh ke vagina Nadine, tangannya menekan dan meremasi pantat dan membuat Nadine semakin mendesis.

"Ouhgg.. ahhgg.. bu.., tangan saya sudah lepas.. kita bebasin dulu ikatannya atau bagaimana? ouhgg,.." tanya Partodi sambil menahan kenikmatan digenjot Nadine.

Ya pinggul Nadine sudah cukup lama menggenjot Ujang membuat penis Ujang bebas keluar masuk ke vagina Nadine .

"Akhh banghh… sshh.. terserah abanghhh sekaranghhh.. ouhss.."” jawab Nadine yang merasakan kenikmatan penis Ujang, apalagi rangsangan Ujang secara liar di payudaranya membuatnya semakin hilang kendali.

"Baik buhh.. akhh.. kalau begituhh kita tuntaskan duluh.. ouhsss.., Ujang kemudian melepaskan ikatan tangan Nadine tapi membiarkan ikatan di pinggang mereka tetap seperti semula.

"Iyaahh banghh.. terusinnn duluhh… akhhsss.. ouhh…,.." sahut Nadine.

Tangan Nadine yang sudah bebas langsung merangkul leher Ujang dan keduanya kembali saling berpagutan, sementara gerakan pinggul Nadine semakin liar. Masih disatukan dengan ikatan di pinggang, Ujang membalik tubuh Nadine sehingga kini Nadine ditindihnya. Ia lalu menggenjot pantatnya membuat penisnya membobol vagina Nadine secara utuh. Cairan vagina Nadine menimbulkan bunyi setiap kali berbenturan dengan pangkal penis Ujang. Nadine merasakan gerakan Ujang makin keras dan makin cepat mengakses vaginanya, kenikmatan mulai memuncak di klitorisnya seolah mengumpul panas hingga bongkahan pantatnya. Ia mengimbangi gerakan Ujang dengan menggoyang pinggulnya.

"Oughh.. banghhhss… akhhsss.. sayaahhh banhgg… akhhhsss say..ah.. sampaaiiihhh bangghhsss… ouhhhggg…,.." rintih Nadine merasakan klimaksnya memuncak, pertahanannya bobol dihantam penis Ujang yang terus menerus menghujam.

Tubuhnya menegang merasakan kontraksi otot vaginanya berkedutan intens mengantar kenimatan puncak.

"Aghh… ahhh… yehh… buhhh… akhhsss uhhh…mmmpphhh.."” suara Ujang saat membenamkan seluruh penisnya ke vagina Nadine dan melepas spermanya menyembur dinding rahim Nadine sambil bibirnya langsung melumat bibir Nadine.

Tubuh keduanya seakan menegang bersamaan mencapi klimaks seksual. Beberapa saat setelah itu, Ujang lalu melepas ikatan lakban yang menyatukan pinggang mereka. Mereka berdua lalu merapihkan busana masing-masing. Perampokan sudah usai, dan kawanan perampok sudah meninggalkan bank dengan barang jarahannya.

"Emm.. bu.. maafkan atas yang barusn terjadi bu. Saya hilaf… engg.." kata Ujang.

"”Sudah.. sudah bang. Lupakan saja ya.. saya juga hilaf.." jawab Nadine memotong pembicaraan Ujang.

Keduanya lalu berkenalan lebih jauh dan berjanji untuk sama-sama menyimpan kejadian itu hanya di antara mereka berdua. Keduanya lalu berpisah, Ujang menolong membebaskan nasabah bank di ruang tunggu, sementara Nadine mencari Fadly suaminya yang terikat di lantai dua. Nadine menjaga rahasia bahwa apa yang dilihat Fadly dari lantai dua tak seperti yang sesungguhnya terjadi dan dinikmati olehnya.


AgenPokerTerpercaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar