Dina si penyanyi Kafe yang Menggairahkan - ZonaMerah18

Breaking

Agen Poker Aman

Click Here

Rabu, 24 Juni 2020

Dina si penyanyi Kafe yang Menggairahkan

Sebut saja aku Doni, aku merupakan karyawan di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang real estate. Kisahku ini dimulai ketika aku sedang menunggu client di sebuah cafe yang menyajikan live music.

Dan saat itu band yang tampil memainkan lagu dengan genre clasic rock, dimana aku merupakan pendengar setia musik beraliran tersebut. Kulihat penyanyinya seorang wanita dan suaranya sangat enak untuk didengar. Bagiku lengkap sudah penyanyi wanita tersebut, memiliki wajah yang manis ditambah dengan lesung pipinya menambah manis wajahnya.

"Para pengunjung sekalian, malam ini saya bersama band akan menemani dan menghibur pengunjung sekalian." kata penyanyi wanita tersebut.

"Jika ada yang ingin bernyanyi bersama atau mau request lagu, silakan beritahu Dina ya." sambungnya.

Setelah itu Dina bersama bandnya mulai memainkan lagu. Akupun menikmati sajian musik yang dimainkan sambil terlibat percakapan dengan clientku. Dan tiba-tiba aku semakin takjub ketika kulihat Dina memainkan keyboard sambil terus bernyanyi.

Sambil memainkan lagu 'Child in Time" dari band legendaris Deep Purple yang juga termasuk salah satu grup band favoritku. Tanpa sadar aku benar-benar menghayati permainan keyboard dari Dina dan membuatku semakin kagum dan tertarik pada sosok wanita tersebut.

Segera kupanggil pelayan yang kebetulan sedang melewati meja temptku duduk, kuberikan dia secarik kertas request lagu sekaligus no teleponku (dengan harapan Dina membalas pesanku lewat no teleponnya). Kemudian pelayan itu memberikan kertas kepada Dina, dan tak lama kudengar suaranya memanggil namaku. "Mas Doni..?"

Bahasa tubuh Dina menunjukkan bahwa dia ingin tahu dimana aku duduk. Aku melambaikan tanganku dan tersenyum ke arahnya. Posisi dudukku tepat di depan band tersebut. Jadi, dengan jelas Dina bisa melihatku. Kulihat Dina membalas senyumku. Dia mulai memainkan keyboardnya. Sambil bermain dan bernyanyi, matanya menatapku. Aku pun menatapnya. Untuk menggodanya, aku mengedipkan mataku. Aku kembali berbicara dengan clientku. Tak lama kudengar suara Dina menghilang dan berganti dengan suara penyanyi pria. Kulihat sekilas Della tidak nampak. Tiba-tiba HP ku berbunyi mendapat pesan. Kulihat pesan atas nama Dina, wah ternyata dia meresponku. Langsung saja ku telepon dia.

Aku : Hai... Dina ya ?. Aku Doni, kamu dimana ?
Dina : Hai Doni, aku lagi di belakang. Kenapa mau tahu no telteponku ?
Aku : Jujur ya, sebenarnya aku tertarik denganmu. Udah cantik, pintar main musik lagi. Idaman aku banget.
Dina : Modus ini mah, bisa aja kamu Don. hehehe...
Aku : Bukan modus kok, tetapi memang bentuk rasa kagumku ke Dina. Oh iya kamu pulang dari cafe jam berapa ?. Mau aku antar ?
Dina : Jam 24.00. Boleh. Tapi kulihat kau dengan temanmu?
Aku : Oh.. dia clientku. Sebentar lagi dia pulang kok. Aku hanya mengantarnya sampai parkir mobil. Bagaimana?
Dina : Okay.. Aku tunggu ya.
Aku : Okay.. See you soon, Dina..

Aku melanjutkan sebentar percakapan dengan client dan kemudian mengantarkannya ke tempat parkir mobil. Setelah clientku pulang aku kembali ke cafe. Waktu masih menunjukkan pukul 23.30. Masih 30 menit lagi. Aku kembali duduk dan memesan hot tea. 30 menit aku habiskan dengan memandang Dina yang menyanyi. Mataku terus menatap matanya sambil sesekali aku tersenyum. Kulihat Dina dengan percaya diri membalas tatapanku. Gadis ini menarik hingga membuatku ingin mencumbunya. Dalam perjalanan mengantarkan Dina pulang, aku sengaja menyalakan AC mobil cukup besar sehingga suhu dalam mobil dingin sekali. Dina tampak menggigil.

"Don, AC-nya dikecilin yah?" Pinta Dina sambil meraih tombol AC untuk menaikkan suhu. Tanganku segera menahan tangannya. Kesempatan untuk memegang tangannya.

"Jangan.. Udah dekat rumahmu kan? Aku tidak tahan panas. Suhu segini aku baru bisa. Kalau kamu naikkan, aku tidak tahan.." alasanku.

Aku memang ingin membuat Dina kedinginan. Kulihat Dina bisa mengerti. Tangan kiriku masih memegang tangannya. Kuusap perlahan, Dina hanya diam saja.

"Kugosok ya.. Biar hangat.." kataku datar. Aku memberinya stimulum ringan. Dina tersenyum. Dia tidak menolak.

"Ya.. Boleh. Habis dingin banget. Oh ya, kamu suka clasic rock juga ya?"

"Hampir semua musik aku suka. Oh ya, baru kali ini aku melihat penyanyi rock wanita yang bisa bermain keyboard. Mainmu asyik lagi."

"Haha.. Ini malam pertama aku main keyboard sambil menyanyi."

"Oh ya? Tapi tidak terlihat canggung."

"Kamu bisa main piano yah?" Tanya Dina padaku. Mukanya terlihat penasaran.

"Yah, dulu main klasik. Belum mahir kok." Aku berhenti di depan rumah Dina.

"Tinggal dengan siapa?" tanyaku ketika kami masuk ke rumahnya.

"Aku kontrak rumah ini dengan beberapa temanku sesama penyanyi cafe juga" masuk dulu Don, yang lain belum pada pulang, mungkin masih kencan sama pacarnya.


Ya, aku menerima ajakannya untuk masuk sebentar walaupun ini sudah hampir jam 1 pagi. Dina masuk ke kamarnya untuk mengganti baju. Aku tidak mendengar suara pintu kamar dikunci. Wah, kebetulan. Atau Dina memang memancingku? Aku segera berdiri dan nekat membuka pintu kamarnya. Dan benar! Dina berdiri hanya dengan bra dan celana dalam. Di tangannya ada sebuah kaos. Kukira Dina akan berteriak terkejut atau marah. Ternyata tidak. Dengan santai dia tersenyum.

"Maaf.. Aku mau tanya kamar mandi dimana? tanyaku mencari alasan. Justru aku yang gugup melihat pemandangan indah di depanku."

"Di kamarku ada kamar mandinya kok. Masuk aja." jawab Dina.

Wah.. Lampu hijau nih. Di kamarnya aku melihat ada sebuah keyboard. Aku tidak jadi ke kamar mandi malah memainkan keyboardnya. Aku memainkan lagu "When a Man Blind Cries" sambil menyanyi lembut. Suaraku biasa saja juga permainanku. Tapi aku yakin Dina akan tertarik. Beberapa kali aku membuat kesalahan yang kusengaja. Aku ingin melihat reaksinya.

Dina : Salah tuh mainnya.
Aku : Ajarin dong..

Dengan segera Dina mengajariku memainkan keyboardnya. Aku duduk sedangkan Dina berdiri membelakangiku. Dengan posisi seperti memelukku dari belakang, dia menunjukkan sekilas notasi yang benar. Aku bisa merasakan nafasnya di leherku.
Wah.. Sudah jam 1 pagi. Aku menimbang-nimbang apa yang harus aku lakukan. Aku memalingkan mukaku. Kini mukaku dan Dina saling bertatapan. Dekat sekali. Tanganku bergerak memeluk pinggangnya. Kalau ditolak, berarti dia tidak bermaksud apa-apa denganku. Jika dia diam saja, aku boleh melanjutkannya. Kemudian tangannya menepis halus tanganku. Kemudian dia berdiri. Aku ditolak.

Dina : Katanya mau ke kamar mandi ?
Aku : Oh iya sampe lupa..


Ada rasa sesak di dadaku menerima penolakannya. Tapi aku tak menyerah. Segera kuraih tubuhnya dan kupeluk. Kemudian kuangkat ke kamar mandi!

"Eh.. Eh, apa-apaan ini?" Dina terkejut. Aku tertawa saja.
Kubawa dia ke kamar mandi dan kusiram dengan air! Biarlah. Kalau mau marah ya aku terima saja. Yang jelas aku terus berusaha mendapatkannya. Ternyata Dina malah tertawa. Dia membalas menyiramku dan kami sama-sama basah kuyup. Segera aku menyandarkannya ke dinding kamar mandi dan menciumnya!
Dina membalas ciumanku. Bibir kami saling memagut. Sungguh nikmat bercumbu di suhu dingin dan basah kuyup. Bibir kami saling berlomba memberikan kehangatan. Tanganku meraih kaosnya dan membukanya, dilanjutkan dengan bra dan celana pendeknya. Sementara Dina juga membuka kaos dan celanaku. Kami sama-sama tinggal hanya memakai celana dalam. Sambil terus mencumbunya, tangan kananku meraba, meremas lembut dan merangsang payudaranya. Sementara tangan kiriku meremas bongkahan pantatnya dan sesekali menyelinap ke belahan pantatnya. Dari pantatnya aku bisa meraih vaginanya. Menggosok-gosoknya dengan jariku.

"Agh.." kudengar rintihan Dina. Nafasnya mulai memburu. Suaranya sexy sekali. Berat dan basah. Perlahan aku merasakan penisku ereksi.

"Egh.." aku menahan nafas ketika kurasakan tangan Dina menggenggam batang penisku dan meremasnya.

Tak lama dia mengocok penisku hingga membuatku makin terangsang. Tubuh Dina kuangkat dan kududukkan di bak air. Cukup sulit bercinta di kamar mandi. Licin dan tidak bisa berbaring. Sewaktu Dina duduk, aku hanya bisa merangsang payudara dan mencumbunya. Sementara pantat dan vaginanya tidak bisa kuraih. Dina tidak mau duduk. Dia berdiri lagi dan menciumi puting dadaku!
Ternyata enak juga rasanya. Baru kali ini putingku dicium dan dijilat. Dina cukup aktif. Tangannya tak pernah melepas penisku. Terus dikocok dan diremasnya. Sambil melakukannya, badannya bergoyang-goyang seakan-akan dia sedang menari dan menikmati musik.

Merasa terganggu dengan celana dalam, aku melepasnya dan juga melepas celana dalam Dina. Kami bercumbu kembali. Lidahku menekan lidahnya. Kami saling menjilat dan menghisap. Rintihan kecil dan desahan nafas kami saling bergantian membuat alunan musik birahi di kamar mandi. Suhu yang dingin membuat kami saling merapat mencari kehangatan. Ada sensasi yang berbeda bercinta ketika dalam keadaan basah. Waktu bercumbu, ada rasa 'air' yang membuat ciuman berbeda rasanya dari biasanya.

Aku menyalakan shower dan kemudian di bawah air yang mengucur dari shower, kami semakin hangat merapat dan saling merangsang. Aliran air yang membasahi rambut, wajah dan seluruh tubuh, membuat tubuh kami makin panas. Kedua tanganku meraih pantatnya dan kuremas agak keras, sementara bibirku melumat makin ganas bibir Dina. Sesekali Dina menggigit bibirku. Perlahan tanganku merayap naik sambil memijat ringan pinggang, punggung dan bahu Dina. Dari bahasa tubuhnya, Dina sangat menikmati pijatanku.

Lidahku mulai menjilati telinganya. Dina menggelinjang geli. Tangannya ikut meremas pantatku. Aku merasakan payudara Dina makin tegang. Payudara dan putingnya terlihat begitu seksi. Menantang dengan puting yang menonjol coklat kemerahan.

"Payudaramu seksi sekali, Dina.. Ingin kumakan rasanya.." candaku sambil tertawa ringan. Dina memainkan bola matanya dengan genit.

"Makan aja kalo suka.." bisiknya di telingaku.

"Enak lho.." sambungnya sambil menjilat telingaku. Ugh.. Darahku berdesir. Perlahan ujung lidahku mendekati putingnya. Aku menjilatnya persis di ujung putingnya.

"Ergh.." desah Dina. Caraku menjilatnya lah yang membuatnya mengerang.

Mulai dari ujung lidah sampai akhirnya dengan seluruh lidahku, aku menjilatnya. Kemudian aku menghisapnya dengan lembut, agak kuat dan akhirnya kuat. Tak lama kemudian Dina kemudian membuka kakinya dan membimbing penisku memasuki vaginanya. Penisku perlahan menembus vaginanya. Aku mulai mengocoknya. Maju-mundur, berputar, Sambil bibir kami saling melumat. Aku berusaha keras membuatnya merasakan kenikmatan. Dina dengan terampil mengikuti tempo kocokanku. Kami bekerja sama dengan harmonis saling memberi dan mendapatkan kenikmatan. Vaginanya masih rapat sekali. Sampai aku berpikir apakah begini rasanya perawan? Entahlah. Aku belum pernah bercinta dengan perawan.

"Agh.. Agh.." Dina mengerang keras. Lama kelamaan suaranya makin keras.

"Come on, Don.. Fuck me.." ceracaunya.

Rupanya Dina adalah tipe wanita yang bersuara keras ketika bercinta. Bagiku menyenangkan juga mendengar suaranya. Membuatku terpacu lebih hebat menghunjamkan penisku. Lama-lama tempoku makin cepat. Beberapa saat kemudian aku berhenti. Mengatur nafas dan mengubah posisi kami. Dina menungging dan aku langsung sodok dari belakang. Doggy style. Kulihat payudara Dina sedikit terayun-ayun. Seksi sekali. Dengan usil jariku meraba anusnya, kemudian memasukkan jariku.


"Hey.. Perih tau!" teriak Dina. Aku tertawa.
"Sorry.. Kupikir enak rasanya.." Aku menghentikan memasukkan jari ke anusnya tetapi tetap bermain-main di sekitar anusnya hingga membuatnya geli.

Cukup lama kami berpacu dalam birahi. Aku merasakan saat-saat orgasmeku hampir tiba. Aku berusaha keras mengatur ritme dan nafasku.

"Aku mau nyampe, Dina.."

"Crot di dalam aja Don. Udah lama aku tidak merasakan semburan kenikmatan pria" Aku agak terhenti. Gila, keluarin di dalam. Kalau hamil gimana, pikirku.

"Aman, Don. Aku ada obat anti hamil kok.." Dina meyakinkanku. Aku yang tidak yakin. Tapi masa bodoh ah. Dia yang menjamin, kan? Kukocok lagi dengan gencar. Dina berteriak makin keras.

"Yes.. Aku juga hampir sampe, Don…come on.. come on.. lebih dalam Don.. oh yeah.."
Saat-saat itu makin dekat.. Aku mengejarnya. Kenikmatan tiada tara. Membuat saraf-saraf penisku kegirangan. Srr.. Srr..

"Aku orgasme". Sesaat kemudian kurasakan tubuh Dina makin bergetar hebat. Aku berusaha keras menahan ereksiku. Tubuhku terkejang-kejang mengalami puncak kenikmatan.

"Aarrgghh.. Yeeaahh.." Dina menyusulku orgasme.

Dia menjerit kuat sekali kemudian membalikkan badannya dan memelukku. Kami kemudian bercumbu lagi. Saatnya after orgasm service. Tanganku memijat tubuhnya, memijat kepalanya dan mencumbu hidung, pipi, leher, payudara dan kemudian perutnya.Aku membuatnya kegelian ketika hidungku bermain-main di perutnya. Kemudian kuangkat dia. Mengambil handuk dan mengeringkan tubuh kami berdua. Sambil terus mencuri-curi ciuman dan rabaan, kami saling menggosok tubuh kami. Dengan tubuh telanjang aku mengangkatnya ke tempat tidur, membaringkannya dan kembali menciumnya. Dina tersenyum puas. Matanya berbinar-binar.

"Thanks Don.. Sudah lama sekali aku tidak bercinta. Kamu berhasil memuaskanku.."

Pujian yang tulus. Aku tersenyum. Aku merasa belum hebat bercinta. Aku hanya berusaha melayani setiap wanita yang bercinta denganku. Memperhatikan kebutuhannya.Aku sangat terkejut ketika tiba-tiba pintu kamar terbuka. Sial, kami tadi lupa mengunci pintu!! Seorang wanita muncul. Aku tidak sempat lagi menutupi tubuh telanjangku.

"Ups.. Gak usah terkejut. Dari tadi aku udah dengar teriakan Dina. Tadi malah sudah mengintip kalian di kamar mandi.." kata wanita itu. Aku kecolongan. Tapi apa boleh buat. Biarkan saja. Kulihat Dina tertawa.

"Kenalin, dia Hani. Mbak.. Dia Doni." aku menganggukkan kepalaku padanya.

"Hi Hani.." sapaku.

Kemudian aku berdiri. Dengan penis lemas terayun aku mencari kaos dan celana pendek Dina dan memakainya. Meri masuk ke kamar. Busyet, ni anak tenang sekali, Pikirku. Sudah jam 2 pagi. Aku harus pulang.


AgenPokerTerpercaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar