Kuberikan Perawanku Untuk Membayar Hutang - ZonaMerah18

Breaking

Agen Poker Aman

Click Here

Minggu, 14 Juni 2020

Kuberikan Perawanku Untuk Membayar Hutang

Aku adalah seorang putri dari petani di suatu desa di pulau Jawa, sebut saja aku Nina. Dan ayahku seorang petani dengan lahan yang cukup luas. Untuk mengembangkan usahanya, ayahku meminjam ke salah satu bank swasta dengan nominal yang lumayan besar.

Awalnya ayahku tidak kesulitan membayar cicilan bank tersebut, namun musim panas tahun lalu telah menghancurkan semuanya. Ladang ayahku mengalami gagal panen karena tanamannya mati semua akibat musim kemarau yang berkepanjangan. Ayaku pun mengalami stroke akibat stress karena ladangnya mengalami gagal panen.

Semakin hari kondisi ayah semakin menurun. Kami sekeluarga pun harus menjual barang-barang berharga kami untuk biaya pengobatan dan membayar cicilan kredit ke bank. Pada bulan ke-enam, kami sudah tidak punya apa-apa lagi yang dapat kami jual, sementara rumah dan ladang sudah digunakan ayah ke bank sebagai jaminan untuk mendapatkan kredit sehingga tidak mungkin kami menjualnya.

Satu minggu yang lalu, beberapa orang petugas bank datang menagih pembayaran cicilan kredit yang sudah tidak lagi dapat kami bayar selama tiga bulan. Mereka mengancam akan menyita rumah dan ladang apabila kami tidak dapat melunasi tunggakan pembayaran dalam waktu dua minggu. Kami hanya bisa menangis, memohon belas kasihan orang-orang bank itu. Namun, mereka hanya petugas rendahan yang tidak memiliki wewenang besar, sehingga mereka pun juga tidak dapat membantu kami.

Tiba-tiba datang seorang laki-laki yang sudah berumur yang bersedia membantu kami. Dia adalah salah seorang terkaya di kampung kami, yang juga sekaligus merupakan saingan usaha ayah. Kami mengenal pria ini sebagai pak Gatot. Semua hutang-hutang kami dibayar lunas oleh pak Gatot pada hari itu juga. Kami semua sangat senang dan berterima kasih pada pak Gatot, karena tanpa dia, kami mungkin harus merelakan rumah dan ladang untuk disita pihak bank.

Malam itu pak Gatot datang ke rumah kami dan aku menemani ibu untuk menemuinya. Tak disangka, ketika ibu pergi menengok ayah di kamar, pak Gatot mengatakan hal yang tidak pernah terlintas di pikiranku.

"Kamu sadar, kan … Nin, utang ayah kamu besar sekali. Saya hampir menghabiskan tabungan untuk melunasinya. Tentunya saya tidak mau itu sia-sia. Saya harus mendapatkan sesuatu. Saya ingin mendapatkan kamu,Nina" kata pak Gatot.

"Ma …. Mmaa …maksud pak Gatot, bapak mau menjadikan saya sebagai istri?" tanyaku terbata-bata.

"Nina … Nina …Kalau saya mengambil kamu sebagai istri, maka hubungan utang piutang di antara kita akan selesai. Saya tidak mau itu. Saya bilang kan tadi saya ingin mendapatkan kamu, tubuh kamu persisnya. Saya ingin menikmati tubuh kamu sampai saya anggap utang itu lunas," kata pak Gatot sambil menyeringai.

Begitu mendengar keinginan pak Gatot, ibu langsung meminta pak Gatot pergi dari rumah kami, namun pak Gatot membalas ucapan ibu dengan mengatakan bahwa dialah yang sebenarnya berhak untuk mengusir kami dari rumah ini. Pak Gatot benar dan kami tidak punya alasan lain untuk membantahnya. Aku dan ibu menangis sambil berpelukan. Namun aku sadar bahwa dengan merelakan tubuhku, aku akan dapat menyelamatkan kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi. Karena itu, aku mengiyakan permintaan pak Gatot.

Malam itu, pak Gatot akan menjadi lelaki pertama yang menyetubuhi aku. Aku merelakan keperawananku untuk membayar utang ayah. Di sini, di kamar ini, untuk pertama kalinya aku melayani laki-laki. Pak Gatot bahkan tidak mau repot-repot menghabiskan uang untuk menyewa kamar hotel untuk menikmati tubuhku. Begitu aku mengiyakan niatnya, dia meminta aku bersiap-siap di kamarku sambil menunggu obat kuat yang diminumnya bereaksi.

Aku masih duduk di ujung tempat tidur ketika pak Gatot masuk ke kamarku. Dia langsung menghampiri aku tanpa peduli bahwa dia membiarkan pintu kamarku terbuka lebar dan kemudian membelai rambutku. Tiba-tiba dia membuka retsleting celananya dan mengeluarkan kontolnya yang sudah tegang. Aku sempat terkejut, itu adalah kali pertama aku melihat kontol, dan kontol itu ada di depan wajahku. Lalu pak Gatot memintaku untuk mengulum kontolnya. Dengan tangan gemetar aku memegang kontol pak Gatot dan memasukkannya ke mulutku. Air mataku berlinang, pada akhirnya terpaksa harus mengulum kontol laki-laki tua ini. Pak Gatot menjambak rambutku dan memaksa aku untuk mengocok kontolnya dengan mulutku. Meski sempat tersedak, aku berusaha untuk menyenangkan lelaki tua bangka ini. Pak Gatot menikmati layananku sambil mendesah keenakan. Setelah beberapa menit berlalu, kontol pak Gatot menjadi semakin tegang dan pak Gatot memegang kepalaku dengan kedua tangannya sambil mendorong kontolnya ke dalam mulutku. Dia mencapai klimaks dan air maninya menyembur keluar di dalam mulutku. Karena kepalaku tertahan kedua tangan pak Gatot, aku terpaksa menelan peju yang keluar agar aku tetap bisa bernafas. Sebagian peju pak Gatot meleleh keluar dari mulutku ketika pak Gatot menarik keluar kontolnya dan tumpah membasahi bajuku.

Kemudian pak Gatot meminta aku membuka semua pakaian yang aku kenakan. Pak Gatot menjadi lelaki pertama yang pernah melihat aku telanjang bulat. Dia memandangi tubuh mulusku sejenak dan meminta aku untuk rebahan di atas tempat tidur, sementara dia melucuti pakaiannya sendiri. Dia naik ke atas tempat tidur dan kedua tangannya mulai meraba-raba dadaku. Dia meremas payudaraku dengan lembut sambil memainkan pentilnya. Aku terdiam bagaikan patung. Aku berusaha untuk mengabaikan rasa geli yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya pada buah dadaku. Salah satu tangannya meraih ke selangkanganku dan membelai lembut memekku. Sementara itu, dia memainkan lidahnya pada salah satu payudaraku. Aku begitu marah pada diriku sendiri karena aku seharusnya tidak menikmati apa yang dia lakukan pada tubuhku, namun aku tidak kuasa menahannya. Pak Gatot telah memberikan sensasi yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Sensasi yang membuat aku melambung ke awang-awang.

Tanpa sadar aku membuka lebar-lebar kedua pahaku dan mengerak-gerakkan pantatku. Pak Gatot membuka bibir memekku dan dengan jari-jarinya dia mulai menggosok-gosok itilku dengan lembut. Mulutnya tak henti-hentinya menyedot pentil buah dadaku. Tubuhku sudah di luar kendaliku sendiri karena nafsu yang telah menguasaiku. Kini aku yang mendesah dan mendesis. Perlahan-lahan kepala pak Gatot berpindah dari dadaku, turun ke perutku dan akhirnya dia menempatkan kepalanya di selangkanganku. Kini dengan lidah dan bibirnya dia melahap memekku. Habis sudah pertahananku. Aku kini bahkan menyodor-nyodorkan memekku sambil memembelai dan sesekali menjambak rambutnya. Sensasi yang tak pernah aku rasakan itu begitu indah dan nikmat.

Melihat aku sudah sangat terangsang, pak Gatot berhenti dan mengambil posisi di antara kedua pahaku. Kontolnya dia gesek-gesekkan ke itil dan lubang memekku. Aku yang sudah dikendalikan nafsu justru mengangkat pantatku sehingga ujung kontol pak Gatot menyodok masuk ke lubang memekku. Aku tersentak. Sensasi yang aku rasakan ternyata jauh lebih nikmat sehingga tanpa sadar aku memohon pak Gatot untuk cepat-cepat memasukkan kontolnya ke memekku yang sudah basah oleh cairanku sendiri dan air liur pak Gatot.

"Masukin, Pak … Masukin …. Aku sudah gak tahan lagi," kataku.

"Hehehehe … Siapa tadi yang menagis tersedu-sedu gak mau melayani aku? Hahahaha … Nih, aku kasih …." katanya sambil melesakkan kontolnya ke lubang memekku yang masih sempit.

"Agak sakit sedikit, kamu tahan ya …"lanjut pak Gatot

"Ahhhhhhh …… Shhhhhhh …. Enakkk …Pak," kataku.

Separuh kontol pak Gatot kini sudah masuk ke dalam memekku. Dia mengerakkan pinggulnya maju mundur dengan perlahan. Aku meracau dilanda kenikmatan yang timbul karena gesekan dinding memekku dengan kontol pak Gatot. Tiba-tiba pak Gatot mengigit leherku dan menyentak pinggulnya maju sehingga kontolnya masuk semuanya ke memekku.

"Aaaaauuu …. Sakit …. …Pak!" kataku tersentak.

Selaput daraku kini sudah tembus di dorong kontol pak Gatot. Namun rasa pedih di leher dan rasa kaget karena digigit secara tiba-tiba membuat aku tidak terlalu merasakan pedih yang timbul karena sobeknya selaput daraku. Pak Gatot cuma tertawa.

"Gimana? Gak terlalu sakit kan memek kamu?" ucap pak Gatot.

"Enggak Pak, tapi pelan-pelan keluar masuknya. Masih agak nyeri …"jawabku.

Kemudian pak Gatot mulai melakukan gerakan memompanya. Awalnya perlahan-lahan dan kemudian semakin cepat.

"Ahhhhh Niinnaa …. Ennakkk bangeeeet ….." kata pak Gatot.

Aku tidak menjawabnya. Aku terlalu sibuk menikmati persetubuhan itu dan sesekali aku mengangkat pantatku untuk menyambut tusukan kontol pak Gatot di memekku. Aku merangkul dan membelai-belai punggung pak Gatot. Aku sudah memperlakukan pak Gatot seperti seorang suami. Pak Gatot mempercepat gerakannya dan aku pun semakin melambung ke angkasa. Aku merasakan dorongan yang sangat kuat di bagian rahimku yang membuat seluruh otot-otot di tubuhku mengejang. Memekku berdenyut-denyut.

"AAAAAAAAAAH ……. AAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHH …" aku menjerit keras ketika aku mencapai orgasme pertamaku.

Hal yang semula aku lakukan karena terpaksa untuk menyelamatkan martabat orang tuaku ternyata begitu nikmat. Mungkin ini adalah kompensasi yang diberikan Tuhan atas pengorbananku. Tubuhku begitu rileks setelah puncak kenikmatan bersetubuh itu aku capai. Aku terbujur di atas tempat tidur sambil meresapi setiap sensasi yang aku rasakan. Pak Gatot yang belum mencapai klimaks tidak terlalu suka dengan kondisi memekku yang sangat basah serta tubuhku yang lemas tanpa reaksi. Dia mencabut kontolnya dari memekku dan berganti posisi. Dia menempatkan kontolnya di antara kedua buah dadaku. Dia memegang buah dadaku dengan kedua tangannya sehingga kontolnya terjepit kedua benda lembut tapi kenyal itu. Lalu dia menggerakkan pinggulnya dan memperlakukan celah di antara kedua buah dadaku seperti yang dia lakukan pada memekku.

Aku yang masih lemas karena orgasmeku hanya terdiam memandangi kepala kontol pak Gatot yang timbul tenggelam dari celah itu. Setelah beberapa menit pak Gatot mempercepat gerakkannya dan akhirnya air maninya menyembur membasahi wajah, leher dan payudaraku. Dia pun ambruk di sisiku sambil mengatur nafasnya.

"Bukan main! Enak banget yang barusan itu …." kata pak Gatot sambil kembali mengenakan pakaiannya.

"Mulai hari ini sampai batas waktu yang aku tentukan nanti, kita akan sering melakukannya. Kamu harus siap kapan pun jika saya butuh kamu" sambungnya sambil berjalan meninggalkan aku yang terbujur lemas di atas tempat tidur.

Begitu aku sadar tentang apa yang telah terjadi, air mataku menitik keluar. Aku tidak menyesali pengorbananku, namun aku menyesali mengapa aku begitu menikmati persetubuhan itu. Aku merasa jijik pada diriku sendiri, tetapi aku tidak bisa memungkiri bahwa kenikmatan yang aku dapat dari persetubuhan itu memang begitu dahsyat. Aku bahkan tidak menyeka mukaku yang berlumuran air mani pak Gatot yang bercampur air mataku.

Ibuku yang rupanya sempat menyaksikan detik-detik terakhir persetubuhanku dengan pak Gatot dengan setengah berlari masuk ke kamar dan menghampiriku.

"Nina …… Maafkan ibu dan ayah ya nak. Karena kami kau harus melakukan ini," kata ibu sambil membersihkan wajah. Leher dan dadaku dari air mani pak Gatot.

Aku hanya diam mematung di atas tempat tidurku, tak mampu untuk berkata apa-apa. Ibu menutup tubuh telanjangku dengan selimut dan menyuruh aku untuk tidur. Aku pun terlelap sampai pagi. Sebelum pergi meninggalkan rumah kami, pak Gatot sempat menaruh beberapa lembar uang ratusan ribu di atas meja riasku. Aku pergunakan uang itu untuk biaya pengobatan ayah dan makan sehari-hari. Sejak saat itu, aku telah menjadi gundik pemuas nafsu birahi pak Gatot untuk waktu yang aku pun tidak tahu berapa lama.

Pagi tadi, ketika aku kembali dari pasar, aku bertemu pak Gatot di tengah jalan. Dia sedang berdiri sambil mengobrol dengan pak Yadi, sopirnya. Rupanya pak Gatot sedang meninjau pembuatan sumur bor di tengah ladangnya. Jalan di desa kami memang tidak pernah terlalu ramai, sehingga pak Gatot bisa memarkir mobilnya di bahu jalan tanpa menghalangi orang yang lalu lalang. Pak Gatot menyapaku dan meminta aku untuk berhenti sebentar.

"Wah baru pulang belanja rupanya …" kata pak Gatot.

"Ya, Pak … Untuk makan siang dan makan malam ayah dan ibu nanti," jawabku.

"Sini kamu. Aku kepingin sarapan dulu," katanya sambil menarik tanganku untuk mendekatinya.

Menyadari posisiku yang lemah, aku tidak berani melawan. Begitu aku berdiri di sampingnya, pak Gatot membuka resleting celananya dan aku mengerti apa yang dia mau. Aku berjongkok dan mulai mengulum kontolnya. Sambil terus mengawasi orang-orang yang sedang membuat sumur bor, pak Gatot menikmati sarapan yang sedang aku berikan. Aku pegang kontolnya dan aku gerak-gerakkan kepalaku maju mundur sehingga kepala kontolnya keluar masuk dari mulutku. Sesekali aku jilati ujung kontolnya sambil beristirahat. Pak Gatot begitu menikmatinya sehingga dia mengerang, mendesis bahkan kadang bergumam tidak jelas. Suaranya membuat orang-orang yang sedang membuat sumur bor menoleh ke arah kami. Kontol pak Gatot sudah begitu tegang dan keras. Dia meminta aku berdiri dan melepas celana dalamku. Semula aku menolak.

"Masa di sini sih, Pak … Kan gak enak ditonton orang," kataku.

"Tenang saja … Ayo cepat buka," katanya sambil mengocok-ngocok kontolnya dengan tangannya sendiri.

Aku angkat rokku dan aku copot celana dalamku dengan hat-hati agar memekku tidak terlihat oleh orang-orang di ladang atau pak Yadi yang berdiri tidak jauh dari kami, setelah itu aku lipat dan taruh di keranjang belanjaanku. Pak Gatot meminta aku berdiri di samping mobil dan menaruh kedua tanganku di atas kapnya. Pak Gatot kemudian berdiri di belakangku dan menyingkap bagian belakang rokku. Pantatku yang telanjang terasa dingin diterpa angin. Aku malu sekali karena pantatku bisa dilihat oleh banyak orang sekarang. Akan tetapi bayangan akan disetubuhi di udara terbuka dan disaksikan orang banyak malah membuatku terangsang. Pak Gatot sempat tersenyum begitu dia menyentuh memekku dari belakang, karena memekku ternyata sudah cukup basah.

"Wah sudah basah nih, sudah kepingin ya?" katanya.

"Baguslah, coba bungkukkan badanmu sedikit biar saya gampang masuk," sambungnya.

Aku pun mengikuti keinginannya. Badan kubungkukkan sedikit sehinga pantatku agak menonjol ke belakang, kakiku dilebarkan, dan akhirnya kontol pak Gatot masuk ke dalam memekku yang masih sempit ini. Pak Gatot masih agak kesulitan menembus lubang memekku. Pelan-pelan dengan dibimbing tangannya kontol pak Gatot akhirnya melesak masuk. Badanku agak bergetar begitu aku merasakan gesekan kontol pak Gatot pada dinding-dinding dalam memekku. Perlahan-lahan pak Gatot mulai menggenjot kontolnya keluar masuk memekku.

"Ahhhhh ….. Aaaaahhhhhhh …. Aaaaaaahhhhhhh…." desahku pada setiap tusukan.

Aku menggoyang pinggulku untuk mengimbangi gerakan pak Gatot.

"Shhhhhhh …. Yeeeeeaaahhhhhh …… Aaaaaaahhhh …" aku terus mendesah.

"Nikmat sekali … Goyang terus, Nina … Yaaaa …… Kayak gituuuuu …… Uuuuuuuhhhhhhh ….." kata pak Gatot.

Tangan pak Gatot memegangi pinggangku setiap kali dia mendorong kontolnya masuk ke memekku. Sesekali dia meremas buah dadaku dari balik baju. Sensasi bersetubuh di pinggir jalan dengan beberapa orang yang menyaksikannya sangat luar biasa buatku. Aku sangat menikmati persetubuhan itu sehingga tanpa sadar aku mengeleng-gelengkan kepalaku sambil terus mendesah, mendesis dan bahkan berteriak. Kenikmatan itu sudah mengambil alih kendali atas tubuhku.

"Lebih cepat, Pak …. Lebih cepat ….. Yeeeeeaaaaaahhhh …. Shhhhh …. Genjot lebih cepaaaaat …. Aku sudah mau keluar …" pintaku.

Kontolnya bergerak lebih cepat keluar masuk memekku. Aku merasa sudah hampir mencapai orgasme. Tubuhku mengejang dan melengkung ke belakang hingga berhimpitan dengan tubuh pak Gatot.

"Aku mau keluar Pak …. Aku mau keluaaaaarrrrr …. AAAAAHHHHH …. AAAAAAAAHHHHHHHH …..AAAAAAHHHHHHHHHHH …." Aku berteriak ketika mencapai orgasme.

Orang yang lewat dan para tukang yang sedang bekerja di ladang membuat sumur bor mengalihkan perhatian mereka ke arah kami berdua. Aku sudah tidak peduli lagi. Kenikmatan seksual ini jauh lebih berharga bagiku. Sesaat setelah tubuhku kembali melemas, pak Gatot mencabut kontolnya dari memekku dan meminta aku melakukan oral lagi. Hanya beberapa menit saja aku mengulum, mengenyot dan menjilati kontol pak Gatot hingga akhirnya kontol itu menumpahkan air mani kental berwarna putih. Sebagian air mani itu membasahi bajuku dan rambutku. Lalu aku menjilati sisa air mani dari kontol pak Gatot hingga bersih.Setelah itu aku membenahi rok dan bajuku dan minta ijin pak Gatot untuk pulang. Celana dalam sengaja tidak aku pakai lagi.

Di sepanjang jalan, ada beberapa orang yang menoleh ke arahku ketika berpapasan. Aroma air mani segar yang tumpah di bajuku mungkin yang menarik perhatian mereka. Aku terus berjalan tanpa mempedulikan mereka. Sesampai di rumah saat aku memberikan belanjaanku, kulihat ibu yang bingung melihat ceceran air mani di bajuku. Tapi dia tidak banyak tanya. Sepintas aku melihat air matanya berlinang. Aku pun tidak peduli. Kalau memang aku harus menjadi budak seks pak Gatot untuk menolong orangtuaku, mengapa tidak sekalian saja aku menikmati setiap persetubuhan yang aku lakukan. Bagaimanapun, aku harus melakukannya.

Hari ini aku kembali membawa ayah ke rumah sakit untuk melanjutkan pengobatannya. Syukurlah, dokter bilang kondisi ayah sudah banyak kemajuan. Aku menyempatkan diri ketika sedang berada di rumah sakit untuk mengunjungi dokter kandungan. Aku minta pada dokter itu untuk memasangkan spiral di rahimku. Semula dokter menganjurkan aku untuk mengurungkan niatku, namun dengan sedikit kebohongan dia pun bersedia melakukannya. Aku katakan pada dokter itu bahwa aku sedang menyelesaikan kuliah S2-ku. Kehamilan pasti akan sangat mengganggu. Entah aku dapat ide dari mana untuk mengarang cerita bohong itu. Dengan spiral di rahimku, aku tidak akan takut lagi persetubuhanku dengan pak Gatot berakhir dengan kehamilan.

Setelah beberapa hari tidak menyentuh tubuhku, sore tadi pak Gatot datang ke rumah. Aku tahu apa maksud kedatangannya dan aku pun sudah menyiapkan diriku untuk kembali melayaninya. Bayangan akan kenikmatan orgasme membuat aku menjadi bergairah. Aku sambut pak Gatot di pintu depan dan mempersilakannya duduk di ruang tamu. Setelah menghidangkan secangkir teh, aku menemani pak Gatot berbicang-bincang sebentar.

"Nina, kita ngewek di taman belakang sana yuk …" kata pak Gatot.

"Sudah lama kan kita gak ngewek" lanjut pak Gatot.

"Terserah Bapak saja … Saya kan gak bisa nolak" jawabku pasrah.

Pak Gatot bangkit dari kursi tamu dan menarik tanganku untuk mengikutinya ke taman belakang rumah. Taman di belakang rumah tidak terlalu terbuka. Pagar sampingnya lumayan tinggi, tetapi bagian belakangnya sengaja hanya dipagari dengan pohon perdu setinggi pinggang yang selalu dipangkas rapi. Di taman itu, ada beberapa buah kursi taman dari batu tanpa sandaran serta sebuah meja batu besar. Di sekelilingya ditumbuhi berbagai tanaman hias dan bunga. Ah, bersetubuh di udara terbuka, membayangkannya saja aku sudah terangsang. Tanpa disentuh pun, memekku sudah basah. Pak Gatot meminta aku menanggalkan semua pakaianku. Dia agak kaget melihat ternyata aku sudah tidak memakai celana dalam. Setelah tidak ada benang sehelai pun yang menempel di kulitku, pak Gatot meminta aku duduk di pinggir meja batu besar. Dia juga mencopot pakaiannya, sehingga kami pun berdua bugil seperti bayi baru lahir. Dia berjongkok di hadapanku dan mengangkat kedua kakiku. Ternyata dia ingin menciumi dan menjilati memek dan itilku.

"Ssssshhhhhh …. Yahhhhhhhhhh ….. Itilnya, Pak ……… Itilnya ………… Yahhhhhh ……. Ohhhhhhhhhhhh ………" kataku sambil terus mendesis menikmati setiap sapuan lidahnya di itilku.

Setelah memekku benar-benar basah, pak Gatot duduk di salah satu kursi batu dan meminta aku duduk di pangkuannya. Dengan mudah kontolnya masuk ke memekku ketika aku menurunkan pantatku. Dengan bertumpu pada pundak pak Gatot, aku bergerak naik turun sehingga kontol pak Gatot bergerak bebas keluar masuk memekku. Sebentar saja aku sudah tenggelam dalam kenikmatan birahi. Aku terus mendesah dan mendesis. Ternyata pak Gatot sangat menyukai tingkahku setiap kali dia menyetubuhiku. Istrinya atau wanita lain yang sering dia setubuhi biasanya hanya diam saja menerima segala perlakuan pak Gatot. Desahan dan teriakanku membuatnya lebih bergairah.
https://kenzoqq.com/index.php
Sambil duduk seperti itu, itilku selalu bergesekan dengan jembut pak Gatot yang kasar setiap kali aku bergerak turun.Setelah bermain dengan posisi duduk selama beberapa puluh menit, pak Gatot meminta aku rebah di meja batu besar dan dia pun menyodokkan kontolnya ke memekku sambil berdiri. Kedua kakiku dilipat ke atas dan ditopang oleh kedua tangannya. Dengan begitu, memekku menjadi menyembul ke atas dan lebih keras menjepit kotol Pak Martono.

"Aaaaahhhhhh …… Ini baru enaaaaaakk …." kata pak Gatot sambil terus menggenjot pinggulnya.

"Genjot yang kuat, Pak …. Ayo … dong …." Kataku memberi semangat.

Satu tanganku menjulur ke bawah untuk meraih itilku sendiri. Sambil terus menikmati setiap tusukan kotol pak Gatot di lubang memekku, aku menggosok-gosok dan memilin-milin itilku. Sementara tangan yang satu lagi aku pergunakan untuk memilin-milin pentil buah dadaku.Tanpa sadar mulutku terbuka lebar mendapatkan kenikmatan rangsangan itu.

"Ahhhhhh … ahhhhhhh …. Ahhhhhh ….. ahhhhh …." Keluar dari mulutku setiap kali pak Gatot menyodokkan kontolnya.

"Kocok yang cepat, Pak … Lebih cepat, lebih cepat …. Tolong, Pak … Kocok lebih cepaaaattt ….. Aku sudah mau keluaaaarrrr ……Ahhhhhh ……" seperti sebelumnya, pak Gatot pun memenuhi permintaanku.

Dia menarik dan mendorong kontolnya lebih cepat. Gesekan kotol pak Gatot dan memekku mengeluarkan bunyi berdecak-decak. Tubuh kami sudah bermandi keringat. Entah pada sodokan yang keberapa aku pun mencapai orgasme.

"AAAAAAHHHHHHHHHHHHHH …………… AHHHHHHHHHHHHHH …. AAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHH ….. EENNNNNNAAAAAKKKKKHHH !!!" teriakku.

Kakiku kaku menjulur ke atas dan pahaku mengapit pak Gatot. kontol itu berdenyut-denyut di dalam memekku dan akhirnya menyemburkan cairan kental memenuhi rahimku.

"AAAARRRRGGHHHHHH ……" pak Gatot pun berteriak sambil memancarkan cairan spermanya.

"NINAA …. SAYA JUGA KELUARRRRR…"pak Gatot tertunduk lemas sambil bertopang pada meja batu dengan kedua tangannya.

Kedua kakiku kini menjuntai lemas. Namun pak Gatot sepertinya sengaja tidak mencabut kontolnya dari memekku. Bahkan dia beberapa kali mendorongnya agar masuk lebih dalam. Ketika kontolnya sudah benar-benar lemas lunglai, barulah pak Gatot mencabutnya dan rebah disampingku.

"Nina, kamu tadi menjepit kontol saya sehingga saya tidak bisa mencabutnya. Air mani saya tumpah semua di dalam memek kamu. Apa kamu sengaja agar kamu hamil?" tanya pak Gatot.

"Tenang Pak. Aku sudah pasang spiral . Kecil kemungkinannya aku hamil," jawabku.

"Ohhhh … sukur deh. Aku agak kaget tadi," kata pak Gatot lega dan untuk pertama kalinya dia mencium keningku.

Setelah merenggut keperawananku dan menyetubuhiku berulang kali, inilah kali pertama pak Gatot menciumku. Aku memegang wajahnya dan membelainya. Entah siapa yang memulai, kami kemudian berpagutan. Kami berciuman dengan lembut dan tidak tergesa-gesa. Indah sekali … Lima menit kami berciuman. Lidah kami bertemu dan bergelut di dalam mulutku. Karena ciuman itu pak Gatot dan aku kembali terangsang. Tangan pak Gatot kembali beraksi meremas payudaraku dan memainkan itilku secara bergantian. Sementara aku membelai dan mengocok kontol pak Gatot agar tegang kembali. Begitu kontolnya kembali tegang, aku mendorong pak Gatot agar rebah di atas meja batu dan aku naik ke atas tubuhnya. Dengan sekali sentakan, kontol pak Gatot kembali masuk ke memekku yang masih basah oleh air maninya tadi. Dan kami pun terhanyut kembali dalam gelombang birahi Desahan dan teriakan kenikmatan kembali keluar dari mulut kami.

Sore itu, dua kali pak Gatot menumpahkan air maninya di dalam memekku dan dua kali pula aku mengguyur kontol pak Gatot dengan cairan memekku ketika kami orgasme. Setelah puas, pak Gatot kembali berpakaian dan pamit pulang. Tak lupa dia menyelipkan beberapa lembar uang ratusan ribu di tanganku. Aku menerimanya. Aku butuh untuk pengobatan ayah, membayar listrik dan makan sehari-hari. Aku sengaja tetap tinggal di taman belakang, rebahan di atas meja batu, telanjang bulat. Air mani pak Gatot menetes keluar dari memekku. Mungkin aku sempat terlelap di atas meja batu itu, karena begitu aku tersadar tubuhku sudah tertutup kain batik, mungkin ibu yang menyelimuti aku tadi. Aku pun bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badanku dari keringatku dan keringat pak Gatot. Setelah itu, aku masuk ke kamar dan rebahan di atas tempat tidur hanya berbalut daster. Aku mencoba memutar kembali rekaman persetubuhan kami tadi dalam benakku. Nikmat sekali …. Sejenak aku bisa melupakan semua kesulitan dan masalah yang membelit keluargaku. Terima kasih, Tuhan…Aku mendapat kabar dari Pak Yadi tadi siang ketika dia membawakan satu kardus penuh berisi jamu-jamuan untuk wanita bahwa pak Gatot dan istrinya bertengkar hebat karena ada yang melaporkan kami berdua di pinggir jalan tempo hari. Istri pak Gatot mengancam untuk mengajukan gugatan cerai, tapi pak Gatot cuma tersenyum saja mendengar ancaman itu. Aku sempat bingung ketika Pak Yadi bilang terima kasih kepadaku. Ternyata setelah pertengkaran itu, istri pak Gatot sudah beberapa kali mengajak Pak Yadi bersetubuh.

"Saya sebenarnya berharap bisa ngewek sama neng Nina, tapi itu kan gak mungkin. Tapi, dapat sering-sering ngewek sama ibu saja saya sudah senang … Hehehehe … Buat hiburan, neng. Bosan juga sama yang di rumah," kata Pak yadi.

Tadi sore pak Gatot datang berkunjung untuk mendapatkan pelayanan seperti biasa. Kali ini dia tidak pakai basa-basi lagi. Begitu aku duduk di sampingnya di sofa, dia langsung menyergap aku dan kami pun berciuman. Selama beberapa puluh menit bibir dan lidah kami bertautan. Sementara itu tangan pak Gatot terus bergerilya di setiap bagian tubuhku. Baju kami pun satu per satu lepas dari badan kami, sehingga kami berdua benar-benar telanjang. Di atas sofa di ruang tamu, ketika sinar matahari sore masih menerangi ruangan itu, aku dan pak Gatot kembali terhanyut dalam panasnya gelora birahi. Tanpa mempedulikan bahwa kami dapat menjadi tontonan orang yang lewat di jalan depan rumah, kami terus bergelut di atas sofa yang kini mulai basah dengan keringat kami.
 https://kenzoqq.com/index.php
Pak Gatot mendorong tubuhku hingga rebah di sofa. Kedua kakiku diangkatnya, lalu disangga dengan bahunya. Perlahan-lahan dia mengarahkan kontolnya ke memekku. Aku membantu membimbing ujung kontol pak Gatot agar tepat sasaran. Sekali dorong, kontol pak Gatot pun menerobos masuk liang senggamaku. Sambil memegang kedua betisku, pak Gatot mulai melakukan gerakan maju mundur sehingga kontolnya timbul tenggelam dalam memekku. Buah dadaku berguncang-guncang seirama dengan setiap sodokan kotol pak Gatot ke dalam memekku. Aku meraih sebuah bantal sandaran sofa untuk menyangga kepalaku. Dengan posisi begitu, aku bisa melihat gerakan kontol pak Gatot yang keluar masuk memekku. Setiap kali pak Gatot mendorong masuk kontolnya, memekku menjadi agak kempot dan ketika kotol itu ditarik keluar, memekku menjadi agak gembung. Aku sangat terkesan dengan apa yang aku lihat di selangkanganku. Semua itu membuat aku semakin terangsang.

"Kamu suka melihatnya, Nina?" tanya pak Gatot sambil terus bergoyang.

"Ahhhhhh ……Iya, Ahhhhhhhhh …….. tapi aku lebih suka rasanya. Ahhhhhh …. Yeahhhhh …. Sssssshhhh …. Yeahhhhh …. Ahhhhhhh …." Jawabku di sela-sela desahan kenikmatan.

Setelah sekitar sepuluh menit, kakiku terasa pegal. pak Gatot menekuk lututku sehingga sekarang pahaku bertumpu pada perut dan dadaku. Namun baru lima menit disodok dengan posisi seperti itu, gantian pak Gatot yang merasa pegal dan dia minta ganti posisi. Aku menyuruhnya berbaring di sofa dengan kedua kaki lurus di atas sofa. Aku naik ke atas tubuhnya dan menancapkan kontolnya kembali ke memekku. Aku merasa seperti seorang koboi yang sedang menunggang kuda.

"Oooooohh … yeahhhhhhh …. Hussss …. Hussssss," kakatu sambil bergaya seperti koboi.

"Ya … Goyang terus, Ninaa …. Enak sekali …. Teruuuuuss …." Ujar pak Gatot sambil menggapai buah dadaku dan meremasnya.

Aku terus menggerakkan pantatku naik turun sehingga kontol pak Gatot bisa terus bergesekan dengan dinding-dinding dalam memekku. Setiap gesekan memberi kami sensasi yang luar biasa dan tidak terbayang nikmatnya. Keringat semakin deras mengucur dari tubuh kami. Aku mempercepat gerakanku karena kau merasa sudah hampir mencapai klimaks.

"Ahhhhh …. Ahhhhhh … Ahhhhhh ….. Aku sudah mau sampai, Pak …. Aahhhhh …. Ahhhh …" kataku.

"Saya juga .." kata pak Gatot sambil menggerakkan pantatnya sehingga gesekan antara memekku dan kontolnya semakin cepat.

Tak lama kemudian puncak itu pun tercapai.

"YEEAAAAHHHHH…. AAAAAHHHHHHHHH …….AHHHHHHHHHHH," kami pun berteriak bersamaan melepas semua rasa.

Badanku mengejang dan menekuk ke belakang sehingga aku harus bertumpu pada kedua kaki pak Gatot yang juga menjadi kaku. Tubuhku bergetar hebat dan akhirnya aku tumbang dan rebah di atas dada pak Gatot. Nafas kami memburu cepat, secepat detakan jatung kami. Kami berpelukan dan kembali berciuman selama beberapa menit. Tangan pak Gatot mengelus-elus punggungku sementara aku terus berbaring di atas badannya. Aku biarkan kontol pak Gatot tetap di dalam memekku walaupun kontol itu sudah tidak lagi tegang. Aku ingin lebih lama merasakan kehadiran kontol itu di memekku. Ketika akhirnya aku bangkit berdiri, air mani pak Gatot yang bercampur cairan dari memekku sendiri merembes keluar dan mengalir di sisi dalam kedua pahaku. Aku duduk di sofa dan aku biarkan cairan kami itu membasahi sofa. Setelah berpakaian kembali, pak Gatot menghampiriku yang masih terduduk lemas di sofa dan telanjang bulat. Pak Gatot mengecup keningku dan mengucapkan terima kasih atas kenikmatan yang baru saja dia dapatkan dari tubuhku. Sebelum melangkah keluar, seperti biasa pak Gatot mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu dari dompetnya. Kali ini uang itu dia gulung dan diselipkannya ke dalam memekku yang masih saja mengucurkan sisa-sia air maninya.

Setelah hilang lemasku, aku raih pakaianku yang terserak di lantai dan berjalan masuk menuju kamarku sambil tetap telanjang. Setelah melempar pakaianku ke atas tempat tidur, aku ambil selembar handuk. Aku keluar kamar dengan handuk di tangan menuju ke kamar mandi. Di ruang makan, aku bertemu dengan ibu. Aku berikan uang pemberian pak Gatot yang telah basah terkena air mani dan cairan memekku tadi ke ibu. Hari ini, uang yang kami butuhkan untuk makan itu benar-benar keluar dari memekku …



AgenPokerTerpercaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar